Memenuhi tugas Pengantar Teknologi Informasi

Rabu, 08 Januari 2020

Seni Lukis Kaca


Secara geografis, Kota Cirebon terletak di perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah. Secara kultural, Cirebon diapit oleh dua arus besar kebudayaan yang dominan, Jawa dan Sunda. Dua pengaruh kebudayaan ini kemudian bersentuhan lagi dengan pengaruh lain dari Tiongkok, Hindu, Islam dan negara barat yang akhirnya bercampur aduk menjadi akulturasi yang membentuk kebudayaan khas Cirebon. 

Bentuk-bentuk kesenian khas Cirebon itu dapat ditemui dalam ragam hias tradisional Cirebon dalam bentuk kerajinan seperti Batik, lukis kaca, keramik dan topeng.

Lukisan Kaca Cirebon merupakan seni lukis yang menggunakan media kaca. Teknik melukisnya dilakukan dengan cara terbalik atau melukis di bagian belakang. Hasil lukisannya biasa dilihat dari bagian depan. 

Lukisan Kaca Cirebon memiliki keunikan dalam penggarapannya. Melukis di bagian belakang sangat membutuhkan ketelitian, keterampilan dan kesabaran. Seorang pelukis kaca harus mampu menghindarkan diri dari kesalahan ketika melakukan pengecatan. 

Pewarnaannya menganut gelap ke terang dan terang ke gelap. Demikian pula, ketelitian dalam menggoreskan kuas perlu dimiliki, agar tidak menabrak kontour (garis gambar), ketelitian dalam mencampur/mengoplos warna dan ketelitian dalam menentukan ragam hias.

Lukisan Kaca telah dikenal di Cirebon sejak abad ke-17 Masehi. Keberadaannya bersamaan dengan berkembangnya Agama Islam di Pulau Jawa. Lukisan Kaca berperan sebagai media dakwah Islam pada masa pemerintahan Panembahan Ratu di Cirebon. Lukisannya berupa Kaligrafi dan Wayang. Pengaruh Islam menjadi ciri khas dari lukisan kaca Cirebon, seperti gambar ka’bah, masjid dan kaligrafi berisi ayat-ayat Alquran atau Hadist.

Biasanya lukis kaca dibuat dengan gambar tokoh atau ikon tertentu yang menjadi bagian dari kebutuhan hiasan arsitektur. Melalui proses yang panjang dari Barat, teknis melukis kaca menyebar hingga ke Asia Tenggara. Menurut pakar seni lukis dari Jepang Profesor Seiichi Sasaki menyebutkan bahwa ternyata secara teknis maupun tema pengungkapan lukis kaca di Asia memiliki ciri tertentu yang cenderung sudah menyimpang dari asalnya di Barat.

Lukisan kaca dari Eropa biasanya berbentuk realis dengan objek seorang gadis atau seorang pria muda berambut atau pria dalam posisi setengah badan. Bentuk kaca yang digunakan biasanya oval dan cembung. Pigura kaca dihias dengan ornamen keemasan. Indah seperti lukisan gaya Renaissance.
Sementara lukisan kaca khas Tiongkok dilukis bolak balik, bukan hanya dari satu sisi saja. 

Berbeda lagi dengan lukisan kaca dari Jepang yang lebih sering berlatar Gunung Fujiyama dengan geisha yang sedang menyusuri jalan setapak di sebuah telaga. Lukisan kaca khas Jepang ditambah hiasan yang terbuat dari serpihan-serpihan kerang mutiara. Hiasan tersebut biasanya ditempelkan di pada bentuk tertentu seperti rumah agar terlihat berkelap-kelip.

Di Indonesia, lukis kaca tumbuh subur di beberapa tempat termasuk Cirebon. Lukis kaca Cirebon telah sampai pada keunikan yang khas menyangkut tema dan cara penuturannya yang berakar kepada tradisi campuran dari pengaruh Tiongkok, Jawa Hindu dan Islam. 

Pengaruh China muncul dalam ornamen mega dan batu karang yang disebut sebagai megamendung dan wadasan. Nuansa Islam dapat dilihat dari kaligrafi Arab sedangkan unsur Hindu dan Jawa dalam wujud wayang kulit serta ragam hias
Para pelukis kaca di Cirebon berkembang di berbagai wilayah.

Di Gegesik Kulon, ciri khasnya salah satu pengrajin bernama Rastika menciptakan lukisan berbagai adegan pewayangan sampai tema yang menyentuh bentuk modern. 
Berikut adalah tokoh tokoh pelukis kaca di Cirebon, diantaranya:

Kecamatan Gegesik :
  1. Ki Lesek ( Sudarga )
  2. Rostika
  3. Sujana
Kecamatan Klangenan :
  1. Amir
  2. Muhyar ( Alm )
  3. Sugir
  4. Suwaryat
Kecamatan Kapetakan :
  1. R. Said
  2. Pratika Teni
  3. Sujana
  4. Ahmad
  5. Kasbulah
  6. Hasan Basyar
Kecamatan Sumber :
  1. Saleh
  2. Roni
Kecamatan Cirebon Barat :
  1. R. Safferi Hasyim
  2. Suharto
  3. Mulya
  4. Purjadi
Kecamatan Susukan :
  1. Marsito
  2. Sumardi
  3. Supendi
Dari Gegesik Wetan, Bahendi menggarap tema eksperimentasi teknik yang lebih modern dengan menambahkan cat sembur (pylox) sebagai latar belakang yang menghasilkan efek tekstur yang memberi kemungkinan baru. Di Trusmi Sugro cenderung melukis wayang dan elemen kaligrafi Arab sebagai selingan. 

Sedangkan di Parit Utara Astana Gunung Jati, pelukis Salim menyukai kaligrafi dengan pola hias gradasi yang bertingkat-tingkat. Sementara Hasan Basyari Salim lebih tertarik melukis tokoh wayang. Gegesik, sebagai kampung seni yang banyak melahirkan seniman, setiap tahun menggelar karya-karya. 

Seni lukis kaca Cirebon memang tak sepopuler kesenian tradisional lain, misalnya tari topeng atau sintren. Seni lukis kaca Cirebon merupakan warisan pemerintahan Panembahan Ratu pada abad ke-17.

Sebagaimana kesenian tradisional lain, seni lukis itu diciptakan dengan tujuan masing-masing sebagai upaya pemenangan kekuasaan atau penyebaran agama. Lukisan kaca Cirebon yang menggunakan obyek gambar ayat-ayat Al Quran, hadis, dan simbol-simbol agama bertujuan untuk menyebarluaskan ajaran agama Islam.

Sebagai usaha syiar meneruskan seni dakwah Sunan Gunung Jati di tanah Jawa, seniman pada masa itu mulai membuat kerajinan tangan berbahan dasar kaca dan cat untuk lukisan. 

Dengan teknik melukis terbalik, mereka menyuguhkan karya seni yang bercita rasa tinggi. Dengan menentukan obyek lukisan, pelukis kaca memiliki semangat melestarikan sejarah Cirebon karena pada perkembangannya bukan hanya ayat Al Quran dan hadis yang menjadi obyek lukisan. 

Dari gambar Ganesha, Perang Baratayudha, sampai tokoh wayang Kresna, Arjuna, dan Rahwana juga menjadi obyek lukisan.
Seni lukis kaca Cirebon tidak memperlihatkan geliat yang cukup signifikan meski pengembangannya pernah dilakukan. Bahkan di sebuah SMA di Cirebon, seni lukis kaca menjadi salah satu praktik kesenian yang digemari setelah tari topeng Cirebon.

Kekuatan budaya dalam menstigma masyarakat terhadap kekuatan tradisi perlahan hampir pudar. Lukisan kaca Cirebon sebagai karya seni dan media dakwah Islam dianggap sebagai kekuatan tersendiri karena ada beberapa kepercayaan yang melekat pada seni lukis tersebut.

Lukisan yang menggunakan simbol-simbol agama dan budaya sebagai obyeknya dipercaya tidak hanya menjadi hiasan rumah biasa. Namun, lukisan kaca tersebut juga digunakan sebagai penolak bala bagi pemiliknya.

Ciri khas lukisan kaca Cirebon adalah kaligrafi, wayang, dan batik Cirebon. Ada 42 jenis kaligrafi peninggalan Sunan Gunung Jati. Semua mempunyai makna dan tujuan berbeda. Contohnya adalah gambar macan Ali berupa tulisan Arab dengan lafaz dua kalimat syahadat. Kaligrafi ini bertujuan memberikan semangat atau memotivasi pemiliknya agar selalu ingat Allah, Tuhan Yang Maha Esa.

Adapun lukisan wayang bergambar Ganesha, dua gajah-yang satu membawa pedang dan satu lagi membawa gada-dipercaya menjaga dari kekuatan jahat. Lukisan ini biasanya dijadikan hiasan bagian depan rumah. Bagi orang yang memiliki kepercayaan terhadap dunia pewayangan, mereka bisa memesan lukisan kaca berdasarkan hari lahir (weton).

Karakter wayang akan disesuaikan dengan hari weton atau kelahiran si pemesan, misalnya tokoh Arjuna (Senin), Bima (Selasa), Semar (Rabu), Hanoman (Kamis), Prabu Kresna (Jumat), Baladewa (Jumat), dan Yudistira (Minggu). Masing-masing membawa sifat dan kepribadian berbeda yang diharapkan membawa pengaruh baik bagi pemilik lukisan apabila pesanannya berdasarkan rambu-rambu weton. 

Sebagian besar pelukis kaca Cirebon pernah melakukan pembersihan diri agar karya lukisannya mempunyai nilai-nilai yang lebih dari sekadar lukisan.ereka dalam berbagai kesempatan.  

Kehidupan seni lukis kaca bias dikatakan kurang begitu menggembirakan. Padahal jenis seni lukis yang satu ini merupakan bentuk peralihan dari seni lukis pada kertas, kain maupun kayu yang sudah barang tentu sudah ada sejak dulu. 

Sebagaimana kita ketahui bahwa hidup matinya suatu jenis kesenian salahsatu diantaranya adalah factor masyarakat penggemar seni itu sendiri.

Beberapa hal yang menjadi faktor pendukung dan penghambat perkembangan seni lukis kaca di wilayah Cirebon sebagai berikut :

Faktor pendukung:
  1. Adanya peminat hasil karya lukis kaca meskipun masih terbatas bagi masyarakat yang berkantong tebal.
  2. Mudahnya mencari bahan-bahan untuk kegiatan seni lukis kaca
  3. Adanya kegiatan pameran yang dilaksanakan oleh pemerintah sebagai ajang promosi. 
Faktor Penghambat:
  1. Harga karya seni lukis kaca yang relative mahal yang tak mungkin dijangkau oleh segenap lapisan masyarakat, karena proses pengerjaanya membutuhkan waktu yangrelative lama.
  2. Kurangnya kegiatan promosi sehingga seni lukis kaca kurang dikenal baik oleh masyarakat dalam negeri maupun luar negeri.
  3. Kurangnya minat generasi muda untuk belajar seni lukis kaca yang membutuhkan keuletan dan ketelatenan yang tinggi.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

TWITTER

FACEBOOK

INSTAGRAM

YOUTUBE

Tari Topeng Malangan

Negara kita Indonesia tercinta ini merupakan salah satu negara yang terdiri atas beragam suku dan budaya dari Sabang samapi Merauke. Oleh k...

Arsip Blog

Jumlah Pengunjung