Alat musik
tradisional Gambus merupakan alat musik yang berasal dari Riau.
Alat musik
tradisional yang satu ini konon dibuat dengan mengadopsi alat musik dari Timur
Tengah khususnya Arab yaitu Al’ud dengan beberapa modifikasi.
Dari segi bentuk,
alat musik ini sekilas mirip dengan gitar. Gambus merupakan alat musik dengan
jenis instrumental dimana cara menggunakannya yaitu dengan cara dipetik.
Alat musik
tradisional yang satu ini biasa ditemui di kawasan melayu seperti misalnya
Brunei, Singapura dan beberapa daerah lain di nusantara seperti Sumatra Utara,Kalimantan,
Jambi, Sulawesi dan Lombok.
Biasa digunakan
untuk mengiringi musik dibeberapa acara seperti upacara, pernikahan dan
biasanya gambus identik dengan lagu-lagu yang bernafaskan Islam.
Asal Usul Musik
Gambus
Lirik lagu gambus umumnya
bahasaAarab, karena memang dari sini mulanya. Syairnya berisi konten Islam, dan
lebih ke puji-pujian. Memang benar, gambus di awal munculnya banyak
dimanfaatkan untuk beragam ritual keagamaan, termasuk pengiring tarian zapin
yang fenomenal itu.
Baru pada perkembangan selanjutnya,
gambus sering difungsikan sebagai hiburan. Meski begitu, nafas utama tetap
bernuansa Islami. Ini bisa dilihat dari awal muncul sampai sekarang, musik
gambus tak hilang arah sebagai media untuk melakukan puja-puji.
Dari beberapa literatur yang ada,
musik gambus berasal dari negara Turki. Tapi ada juga klaim kalau negara Mesir
merupakan penemu musik gambus. Perdebatan ini masih belum jelas ujungnya. Satu
yang pasti, musik gambus merupakan produk asli negara Arab atau Timur Tengah.
Gambus punya tatanan yang unik di
lirik lagunya. Untuk tiap satu lagu biasanya cuma ada enam bait dengan rima
yang berakhiran sama dari awal sampai akhir. Pun begitu, vokalis biasanya
merangkap jadi gitaris jika merujuk pada versi asli grup gambus. Tapi aturan
seperti ini tak mutlak berlaku.
Sejarah
Gambus di Tanah Air
Menyebut
musik gambus di tanah air, tak lengkap rasanya kalau tak menyinggung sejarah.
Meski begitu, tak ada data konkrit yang bisa dibuat acuan kapan tepatnya gambus masuk Nusantara. Semua
masih berupa asumsi, dan yang paling mendekati yaitu tahun 1800-an.
Di abad itu, Jazirah Arab masih
gencar-gencarnya melakukan transaksi dagang di bumi pertiwi. Selain aktivitas
niaga, mitra dagang ini nyatanya punya maksud lain, yaitu menyebarkan agama
Islam. Tujuan ini diinisiasi Kerajaan Ottoman, termasuk juga menyebar apa yang
nantinya disebut Walisongo.
Pada selanjutnya, apa yang disebar
tak cuma tentang Islam saja, tapi juga budaya-budaya yang ada di dalamnya.
Musik gambus merupakan satu di antaranya. Mulai dikenal di Melayu akhir abad
18, gambus lalu masuk dan menyebar di tanah air sampai ke berbagai penjuru
negeri.
Akulturasi budaya terjadi, dan musik
gambus serta instrumenya beradaptasi dengan kearifan lokal. Pada tahap
selanjutnya, muncul kekhasan dari keragaman tiap daerah di tanah air. Alat
musiknya juga mengalami metamorfosis, entah itu secara bentuk atau penamaan.
Misalnya saja, di beberapa tempat
ada yang menyebutnya kecapi. Sedang di tempat lain ada yang menyebut dawai.
Bentuknya juga berevolusi, meski tak menghilangkan pola dasar berupa buah pir
yang dibelah. Untuk senarnya, ada yang cuma pakai tiga senar dan ada yang
sampai 12 senar.
Di Indonesia sendiri, ada yang
bilang puncak kejayaan gambus terjadi tahun 1940. Di masa ini, pentolan gambus
paling dikenal yaitu Syech Albar, seorang Indo-Arab, yang tak lain ayah musisi
kondang Ahmad Albar. Setelah itu, popularitas gambus seperti tenggelam lagi.
Cara
Memainkan
Alat musik gambus merupakan sebuah
instrument musik yang bisa dimainkan baik secara kelompok maupun perorangan
bahkan permainan alat musik gambus ini juga bisa dikolaborasikan dengan
berbagai musik lainnya termasuk musik modern.
Cara memainkan alat musik gambus
sama halnya dengan alat musik berdawai lainnya yaitu dengan cara dipetik baik
dengan jari maupun dengan menggunakan perenting.
Jika waktu memainkan gambus cukup
lama, alangkah lebih baik menggunakan perenting.
Alat musik gambus ini biasa
dimainkan dengan beberapa lat musik lainnya seperti gendang atau marawis
sehingga suara yang dihasilkan pun semakin indah.
Cara Membuat
Alat Musik Gambus
Alat musik gambus biasanya terdiri
dari sedikitnya tiga senar dan paling banyak yaitu dua belas senar.
Cara membuatnya
yaitu pertama siapkan batang pohon dengan massa yang ringan seperti kayu
angsana atau nibung.
Potong kayu sesuai
dengan ukuran gambus yang akan dibuat, setelah itu lubangi bagian tengah kayu
tersebut.
Bagian lubang ini
biasa disebut dengan bakal. Amplas bagian bakal ini untuk membersihkan dan memperhalus
kayu tersebut.
Untuk menghasilkan
gambus yang lebih indah, menarik dan mengkilap jangan lupa gunakan minyak
kelapa lalu oles pada bagian bakal tersebut.
Selain kayu, kamu
juga harus menyiapkan kulit binatang seperti binatang biawak, ikan pari hingga
ular.
Kemudian rendam
kulit binatang tersebut. Kulit binatang yang sudah direndam ini berfungsi untuk
menutupi bagian lubang tadi.
Kulit binatang
harus direndam terlebih dahulu bertujuan agar kulit menjadi lebih lunak dan
lebih mudah saat dipaku dibagian bakal.
Jika sudah tahap
berikutnya yaitu memasang penyiput yaitu yang berbentuk seperti tanduk sebanyak
empat buah pada bagian pangkal atas gambung.
Fungsi dari
penyiput ini yaitu agar senar menjadi tegang dan sama. Pasang senar pada bagian
pangkal atas dengan cara diikat kemudian tarik senar kebagian ujung.
Bentuk
Gambus Riau
Ada
beberapa jenis gambus yang dapat diperoleh di mana saja, terutama di kawasan
tanah Melayu. Jenis-jenis tersebut, seperti gambus yang hanya mempunyai tiga
senar dan ada juga gambus yang mempunyai 12 senar.
Jumlah senar biasanya terpulang pada yang memainkannya. Selain dimainkan secara
solo, alat musik ini dapat juga dimainkan secara berkelompok. Alat musik gambus
dapat dimainkan di dalam perkumpulan musik-musik tradisional atau modern.
Bila dikolaborasi antara alat-alat musik tradisional dengan modern akan menghasilkan irama yang merdu serta mempunyai keunikan tersendiri. Secara organologis, Gambus Melayu Riau berbeda dengan Al’ud dari Arab.
Gambus Melayu Riau hanya menggunakan 7 dawai/senar, ukurannya lebih kecil, ramping dan memiliki bentuk yang sedikit membulat, sedangkan Al’ud menggunakan 11 dawai/senar, bentuk badannya lebar dan lebih pendek dari Gambus melayu.
Secara keseluruhan bentuk, bentuk Gambus Melayu Riau memiliki keunikan tersendiri. Selain alat musik Gambus Melayu, di Riau, terutama daerah Riau daratan, dijumpai pula berbagai alat musik tradisional lainnya seperti Gendang Buluh/bambu, Gendang Bebano, Marawis/marwas, Gendang Panjang, Rebab, Rebana dan masih banyak lagi alat musik lainnya.
Ciri Gambus Melayu
Ciri
utama gambus melayu adalah keseluruhan body utama gambus merupakan satu bagian
yang dibentuk dengan proses pahatan, yang terdiri dari kepala gambus, telinga
untuk stelan tali gambus, leher gambus, perut gambus dan bagian ekor gambus.
Sebagian perut gambus yang dipahat biasanya ditutup dengan lembaran papan tipis yang umumnya menggunakan kayu keladang.
Sebagian perut gambus yang dipahat biasanya ditutup dengan lembaran papan tipis yang umumnya menggunakan kayu keladang.
Beberapa gambus jaman dahulu menyertakan tulisan ayat-ayat alquran di bagian kulitnya. Jenis lainnya hanya polos atau diwarnai sama dengan badan gambus.
Gambus melayu umumnya memiliki tujuh “telinga gambus” yang dipasakkan pada kepala gambus. Bentuk kepala dan desain perut gambus melayu juga berbeda-beda di tiap daerah, mengikuti budaya setempat.
Kepala gambus di Indonesia berbeda dengan Malaysia dan Brunai yang umumnya lebih sederhana. Di Indonesia, kepala gambus biasanya menggambarkan simbol-simbol seperti burung, bunga atau kepala hewan, yang mewakili motologi penting masing-masing daerah.
Gambus Indonesia biasanya memiliki leher yang lebih kecil dan panjang, sedangkan gambus semenanjung Malaysia relative lebih pendek.Semua gambus melayu memiliki bagian ekor untuk pegangan tali senar.
Gambus melayu Malaysia umumnya memiliki satu buah lobang bunyi kecil dibagian papan suara depannya, juga ada lubang suara di bagian belakang gambus yang biasanya ditempatkan sedikit di bagian bawah perut gambus.
Ukuran panjang keseluruhan gambus umumnya sekitar 1 meter (lebih-kurang), dengan ketebalan 10-15 cm dan lebar 20-25 cm. Bagian depan leher rata dengan bagain bawah perut yang ditutupi oleh kulit kambing sekitar 30 cm.
Gambus melayu umumnya terbuat dari kayu Nangka (Artocarpus heterophyllus ), cempedak( Artocarpus integer ) dan Cengal ( Neobalanocarpus heimii ). Jenis kayu ini banyak dan mudah ditemukan di Sumatera, Semenanjung Malaysia dan Kalimantan.
Dipilih sebagai bahan gambus karena tekstrur kayu yang lebih lunak dan mudah dipahat, selain itu juga karena jenis-jenis kayu tersebut cukup kuat, ringan dan tidak berubah bentuk atau retak ketika kering.
Secara bentuk keseluruhan, bentuk fisik gambus melayu berbeda dengan al’ud dari arab. Gambus melayu pada umumnya hanya memiliki 7 senar, 3 dawai ganda (double course) dan 1 dawai tunggal (single course), bentuk badannya agak ramping, dan panjang keseluruhan ±100 cm,
sedangkan alat musik al’ud memiliki 9 atau 11 senar, 4 atau 5 merupakan dawai ganda, dan 1 dawai tunggal, bentuk badannya lebar dan lebih pendek dari gambus, panjang keseluruhannya ±75cm.
0 komentar:
Posting Komentar