Memenuhi tugas Pengantar Teknologi Informasi

Minggu, 12 Januari 2020


WAYANG GOLEK

Ketika mendengar mengenai wayang golek, secara langsung kita sepakat menamainya sebagai salah satu warisan kebudayaan sunda. Seni pertunjukan  wayang trimarta atau tiga dimensi ini sangat banyak dijumpai di wilayah jawa barat, mulai dari daerah Banten sampai Cirebon, atau bahkan daerah perbatasan dengan Jawa Tengah masih sering dipertunjukan kesenian ini.
Wayang golek sendiri merupakan sebuah tokoh pewayangan yang terbuat dari boneka kayu yang dicat sedemikian rupa, pertunjukan wayang golek biasanya digunakan sebagai media untuk bercerita, edukasi, ataupun sarana dakwah melalui kisah sejarah jawa, tentang islam, mahabharata, dan lain-lain. Pada masa sekarang ini, wayang golek sudah mulai termakan oleh modernisasi, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa wayang golek merupakan seni rakyat yang sangat penting dan memiliki nilai sejarah. Untuk mencintai budaya wayang golek kita perlu mengenal lebih jauh kesenian ini melalui sejarahnya.
1.      Sejarah Asal-Usul Wayang Golek
Kehadiran wayang golek tidak dapat dipisahkan dari keberadaan wayang kulit, Sejalan dengan itu berkenaan penyebaran wayang di Jawa Barat adalah pada masa pemerintahan Raden Patah dari kerajaan Demak, kemudian disebarluaskan para Wali Sanga. Termasuk Sunan Gunung Jati yang pada tahun 1568 memegang kendali pemerintahan di kasultanan Cirebon. Beliau memanfaatkan pagelaran wayang kulit sebagai media dakwah untuk memperluas penyebaran agama Islam.

2.      Perkembangan Wayang golek Berbahasa Jawa
Seriring kehadiran wayang golek di babad jawa pada sekitar 1548 Sunan Kudusmemperkenalkan budaya wayang yang terbuat dari kayu, yang kemudian disebut sebagai wayang golek. karena wayang golek sendiri adalah hasil dari perkembangan wayang kulit. Sunan kudus membuat wayang dari material kayu yang kemudian dipentaskan pada saat siang hari. pendapat tersebut diyakini sebagai awal munculnya kesenian wayang kayu yang lahir dan berkembang di wilayah pesisir utara Pulau Jawa pada awal abad ke-17 dimana kerajaan Islam tertua di Pulau Jawa yaitu kesultanan Demak tumbuh disana. Menurut legenda yang berkembang disinilah Sultan Kudus menggunakan wayang golek  dengan dialog bahasa jawa sebagai media untuk menyebarkan islam dimasyarakat.

3.      Perkembangan Wayang Golek di Tanah Pasundan
perkembangan wayang golek melaju pesat, kesenian wayang golek berbahasa jawa mulai digeser ketenaranya dengan kesenian wayang golek berbahasa sunda, bisa dibuktikan dominasi wayang golek berbahasa sunda pada abad ke-17 pada masa ekspansi Kesultanan Mataram.
       Pertunjukan seni wayang golek yang kala itu masih bertahan mewarisi beberapa pengaruh Hindu sebagai bekas wilayah kerajaan Sunda Pajajaran. Pakem dan ajalan ceritanya sesuai dengan versi jawa meskipun terdapat beberapa perbedaan nama tokoh, yang kedian dalam pertunjukan wayang golek berbahas sunda dikenal pula  sebagai wayang golek purwa.
Pada waktu kabupaten-kabupaten di Jawa Barat ada dibawah pemerintahan Mataram, ketika masa pemerintahan Sultan Agung (1601-1635), penggemar seni pewayang meningkat, bukan hanya dari kalangan biasa bahkan banyak bangsawan sunda yang datang ke Mataram untuk mepelajari bahasa jawa dalam konteks kepentingan pemerintahan, dalam penyebaranya wayang golek tumbuh dengan membebaskan pemakaian bahasa masing-masing. Hasilnya seni pewayangan berkembang dan menjangakau seluruh daerah Jawa Barat. Menurut penjelasan Dr. Th. Pigeaud, bahwa seorang bupati Sumedang mendapat gagasan untuk membuat wayang golek yang bentuknya menyerupai wayang kulit dalam lakon Ramayana dan mahabharata. Perubahan dari bentuk wayang kulit menjadi golek terjadi secara berangsur-angsur, hal ini terjadi sekitar abad 18-19. hal ini diamini dengan adanya berita bahwa pada abad ke-18 atau sekitar tahun 1794-1829 Dalem bupati Bandung (Karanganyar), menugaskan Ki Darman seorang pegiat wayang kulit asal Tegal Jawa tengah yang berdomisili di Cibiru, Jawa Barat untuk membuat wayang golek purwa.

Kemudian pada abad ke-20 berubahan-perubahan bentuk wayang golek menjadi semakin baik dan sempurna. Hasilnya dapat dilihat pada perkembangan wayang golek yang sering kita jumpai pada masa sekarang ini, wayang golek yang akrab kita temui tersebut adalah penyempurnaan bentuk dari wayang golek purwa sunda. Dalam perjalanan sejarah selanjutnya, pagelaran wayang golek mula-mula ekslusif  dilaksanakan oleh kaum bangsawan, terutama para penguasa seperti bupati di Jawa Barat mempunyai cukup andil dalam perkebangan kesenian wayang golek di Jawa Barat.

Pada awalnya pertunjukan wayang golek didelenggaran oleh para kaum priyayi (kaum bangsawan sunda) dilingkungan Istana atau Kabupaten baik untuk kepentingan pribadi ataupun keperluan umum. Fungsi pertujukan pada kala itu masih bergantung pada permintaan para bangsawan. pagelaran seni wayang golek memiliki tujuan bermacam-macam, dari mulai yang sifatnya ritual, ataupun dalam rangka tontonan atau hiburan semata. Pertunjukan yang bersifat ritual sudah jarang dipentaskan, misalnya saja pada upacara sedkah laut atau sedekah bumi, yang biasanya hanya diadakab setahun sekali.

pementasan yang masih bertahan sampai sekarang adalah pertunjukan seni wayang golek untuk hiburan, bisanya diselenggarakan untuk memriahkan acara peringatan kabupaten, hari kemerdekan Indonesia, Syukura, hajatan, dan lainnya. Walaupun demikian, tak berarti esensi yang mengandung nilai tuntunan sudah hilang, dalam penuturan lakon setiap tokoh pewayangan nilai-nilai pembelajaran selalu ada.
4.      Perkembangan Wayang Golek Modern
Dalam perkembangan wayang golek, pada awal tahun 70-an seni pertunjukan ini mulai menghadirkan bintang pesinden yang terkenal yang bahkan ketenaranya melebihi seorang dalang. Pesinden pada saat ini menjadi wajib dalam pagelaran wayang sebagai pelengkapan percakapan dalang melalui para lakon wayang.
Bagi seniman wayang yang masih tetap mempertahankan nilai tuntunan, mereka tetap berupaya mengembangan daya kreatifitasnya melalui keseimbangan antara penggarapan segi tontonan yang menuntun penikmatnya. Wadah, perangkat kasar, meliputi penggarapan unsur-unsur pedalangan (penggarapan tokoh, lakon, alur, sastra pedalangan, sabet, iringan, dan lain-lain). Isi dari pementasan wayang golek sejatinya wajib sampai kepada penikmatnya melalui esensi atau rohani serta pesan moral.
Kini selain sebagai seni pertunjukan wayang, kerajinan seni wayang golek juga dikonversasi sebagai cindra mata oleh para wisatawan tokoh-tokoh seperti Rama, Sinta, Arjuna, Srikandi serta tokoh punakawan seperti Semar dan Cepot bisa dibawa pulang sebagai hiasan atau benda pajangan interior.
Pada tahun 2015 perkembangan wayang golek sudah semakin pesat, sejauh ini banyak seniman-seniman yang berani bereksperimen agar dapat keluar dari pakem cerita pewayangan yang sudah ada saat ini dan mulai menggunakan instrumen musik modern dalam pertunjukan seni wayang golek.
Sekian penjelasan mengenai sejarah seni wayang golek di Indonesia, semoga pemaparan mengenai sejarah wayang golek dapat menambah wawasan kita mengenai budaya pewayangan dan lebih mencintai kekayaan budaya  lokal.

Jenis-jenis Wayang Golek
Ada tiga jenis wayang golek yang kita kenal sekarang yaitu wayang golek papak (cepak), wayang golek purwa dan wayang golek modern.
1.      Wayang golek papak

Wayang Golek papak (cepak) adalah salah satu jenis kesenian tradisional yang terkenal di daerah Indramayu ldan Cirebon. Golek berarti boneka, sedangkan “cepak” diambil dari bentuk kepala wayang yang papak (rata). Karena bentuk fisiknya inilah, wayang ini dinamakan wayang golek cepak.Cerita yang diangkat dalam pertunjukkan wayang golek cepak adalah cerita babad & legenda, dan menggunakan bahasa Cirebon. dalam pertunjukkan wayang golek cepak tidak dikenal tokoh seperti Arjuna maupun Shinta. Sehingga muncul tokoh – tokoh seperti Nyi Mas gandasari, Wiralodra, Ki Tinggil, Kuwu Sangkan, Bagal Buntung, dll.

2.      Wayang Golek Purwa

Dinamakan wayang golek Purwa karena cerita atau lakon yang diangkat dalam pertunjukkan wayang golek purwa adalah cerita mahabharata dan Ramayana, sama seperti yang biasa dipentaskan dalam pertunjukkan wayang kulit purwa. Bahasa yang digunakan adalah dengan menggunakan bahasa Sunda.

3.      Wayang Golek Modern
Wayang golek modern  sama seperti wayang purwa, cerita yang diangkat adalah cerita dari lakon Mahabharata dan Ramayana. Dalam pementasannya menggunakan listrik untuk membuat trik-trik. Pembuatan trik-trik tersebut untuk menyesuaikan pertunjukan wayang golek dengan kehidupan modern. Wayang golek modern dirintis oleh R.U. Partasuanda dan dikembangkan oleh Asep Sunandar tahun 1970 -1980.

1.      Tokoh-tokoh wayang golek

Wayang golek memang tak bisa dipisahkan lagi dengan sejarah dan budaya tanah Sunda. Sejak zaman dahulu wayang golek digunakan untuk berbagai tujuan dan maksud, mulai dari sekadar hiburan ataupun menjadi sarana penyebaran ajaran dan pengajaran tertentu. Namun seiring berkembangnya zaman dan melesatnya moderenitas, kebudayaan wayang golek kian tak lagi dilirik meskipun memang masih terus eksis hingga saat ini.

1.      Anoman
Hanoman atau yang bernama lengkap Anoman Perbanca Suta merupakan sosok kera berbulu putih putra dari Batara Bayu dan Anjani. Hanoman dikisahkan memiliki umur yang sangat panjang karena bertugas menyimpan sukma Rahwana di dalam cupunya. Hanoman dikenal memiliki kekuatan yang sakti mandra guna dengan berbagai ajian yang dimilikinya ia bisa dengan mudah kebal dari serangan musuh bahkan di kisahkan bisa mengangkat gunung.
2.      Aswatama
Aswatama merupana putera dari Resi Drona yang merupakan guru dari Pandawa dan Kurawa. Dalam kisahnya Aswatama dikisahkan memiliki perawakan yang gagah dan tinggi dengan wajah tampan, kulit gelap dengan mata hitam. Ia merupakan anak tunggal dan menjadi anak kesayangan Resi Drona. 
3.      Arjuna
Arjuna merupakan salah satu tokoh pewayangan paling populer, dikisahkan memiliki wajah rupawan dengan badan yang gagah dan kuat. Ia merupakan putra ke tiga dari Pandu dan Dewi Kunti. Arjuna memiliki senjata pamungkas yang membuatnya semakin kuat diantaranya keris pancaroba, ali-ali ampal dan panah pasopati. Arjuna juga dikisahkan memiliki putra bernama Abimanyu. 
4.      Gatot kaca
Gatotkaca merupakan putra dari Arya Bima yang berasal dari keluarga pandawa dan Arimbi. Gatotkaca dikisahkan memiliki kekuatan yang sangat luar biasa ia diceritakan mampu terbang dan memiliki kekuatan yang mampu diibaratkan seperti otot kawat tulang besi dengan segala ajian saktinya seperti brajamusti, krincing wesi, bajingiring, garuda ngapak dan sebagainya.
5.      Bambang kaca
Bambang kaca merupana putera dari Gatot Kaca, ia bertugaa sebagai benteng pertahanan utama dari kerajaan Astina pada zaman dimana Prakesit yang merupakan cucu dari Arjuna menjabat sebagai raja. Dalam kisahnya Bambang kaca mengenakan pakaian antakusuma milik ayahnya dan di ceritakan memiliki suara dan wibawa yang begitu serupa dengan sang ayah.
6.      Dewi Drupadi
Dewi Drupadi merupakan puteri dari Prabu Yudishtira, dikisahkan sebagai sosok perempuan yang cantik, anggung, bijaksana, sabar dan sangat patuh pada sang suami. Ia memiliki satu putera yang diberi nama Pancawala.
7.      Gareng
Gareng merupakan salah satu tokoh pewayangan panakawan atau yang biasa dibuat sebagai tokoh yang mampu mencairak suasana dan menebaran tawa dalam cerita. Gareng merupakan anak bungsu dari pasangan Semar Badranaya dan Sutiragen.
8.      Semar
Dalam kisahnya semar atau yang bernama lengkap Semar Bandranaya ini merupakan jelmaan dewa Batara Ismaya. Ia beristerikan Sutiragen yang merupakan puteri raja di kerajaan Sekarnumbe. Semar Memiliki tiga anak yaitu Cepot, Dawala dan Gareng.
9.      Cepot
Cepot juga menjadi salah satu tokoh pewayangan golek paling populer di tanah sunda, sifatnya yang humoris dan kadang sedikit menyebalkan selalu mampu membuat suasana cerita yang sedang tegang menjadi lebih cair dan penuh tawa. Cepot atau yang bernama asli Sastra Jingga ini merupakan anak pertama dari pasangan Semar dan Sutiragen.
10.  Dawala
Dawala merupakan merupakan anak kedua dari pasangan Semar dan Sutiragen dan menjadi salah satu tokoh panakawan, dalam kisahnya diceritakan bahwa Dawala selalu suka mengikuti ke mana pun Cepot sang kakak pergi.

Salah satu fungsi wayang dalam masyarakat adalah ngaruat (ruwat), yaitu membersihkan dari kecelakaan (marabahaya). Beberapa orang yang diruwat (sukerta), antara lain:
1.      Wunggal (anak tunggal)
2.      Nanggung Bugang (seorang adik yang kakaknya meninggal dunia)
3.      Suramba (empat orang putra)
4.      Surambi (empat orang putri)
5.      Pandawa (lima putra)
6.      Pandawi (lima putri)
7.      Talaga Tanggal Kausak (seorang putra dihapit putri)
8.      Samudra hapit sindang (seorang putri dihapit dua orang putra), dan sebagainya.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

TWITTER

FACEBOOK

INSTAGRAM

YOUTUBE

Tari Topeng Malangan

Negara kita Indonesia tercinta ini merupakan salah satu negara yang terdiri atas beragam suku dan budaya dari Sabang samapi Merauke. Oleh k...

Arsip Blog

Jumlah Pengunjung