Memenuhi tugas Pengantar Teknologi Informasi

Kamis, 02 Januari 2020

GAMELAN MUSIK TRADISIONAL DALAM KEBUDAYAAN JAWA


Gamelan Jawa merupakan seperangkat alat musik tradisional Jawa yang biasanya terdiri dari Gong, Kenong, Gambang, Celempung serta beberapa alat musik pendamping lainnya. Keistimewaan alunan musik gamelan Jawa adalah cenderung bersuara lembut, seperti sengaja menghadirkan suasana ketenangan jiwa dan selaras dengan prinsip hidup masyarakat Jawa pada umumny.

Instrument Gamelan Jawa tidak bisa kita lepaskan dari pandangan masyarakat Jawa yang cenderung memelihara keselarasan hidup baik jasmani maupun rohani. Keadaan tersebut menjadikan orang Jawa selalu menghindari ekspresi tempramental dan berusaha mewujudkan toleransi antar sesama.

Wujud paling nyata yang bisa kita dapati dalam musik gamelan adalah tarikan tali rebab yang sedang, panduan keseimbangan bunyi kenong, saron, kendhang dan gambang serta suara gong pada setiap penutup irama. Secara etimologi gamelan berasal dari istilah bahasa Jawa yakni “gamel” yang berarti menabuh/memukul, dan akhiran “an” yang menjadikannya kata benda, jadi gamelan bisa diartikan memukul/menabuh benda-benda.

Komposisi musik gamelan diciptakan dengan beberapa aturan, terdiri dari beberapa putaran dan pethet serta dibatasi oleh satu gong-an dan melodi, selain diciptakan dalam unit yang terdiri dari 4 nada. Komponen utama alat musik gamelan adalah: bambu, logam, dan kayu. Masing-masing alat memiliki fungsi tersendiri dalam pagelaran musik gamelan.

Sejarah Gamelan Jawa

Kumpulan serat sejarah gamelan tersebut dihimpun oleh Raden Ngabehi Prajapangrawit pada tahun 1874. Disebutkan bahwa gamelan yang lahir di Tanah Jawa pertama kali adalah Gangsa Raras Salendro. Tahun 167 Sang Hyang Guru atau Sang Hyang Jagatnata / Lokanata memberikan ijazah berupa Swara Karengeng Jagat. Swara tersebut berasal dari Gamelan Lokananta atau Lokanata.

Menurut keterangan dari G.P.H. Hadiwijaya (Redaksi Pustaka Jawa) hanya ada 5 ricikan dalam gamelan tersebut yakni Gendhing (Kemanak), Pamatut (Kethuk), Sauran (Kenong), Teteg (Kendang Ageng) dan Maguru yang sekarang disebut Gong.

Di tahun 187, terdengar swara Matenggeng Karna dari Sang Hyang Indra / Surendra, dan diberi nama Salendro. Ricikannya tetap ada 5 dengan swara tembang Sekar Kawi / Ageng.

Pada Tahun 336 oleh Sang Hyang Indra, racikan gamelan ditambah lagi dengan Salundhing atau Kempul, dan Gerantang yang sekarang disebut dengan Gambang.

Pada beberapa bagian dinding Candi Borobudur dapat dilihat jenis-jenis instrumen gamelan yaitu: kendang bertali yang di kalungkan di leher, Kendang berbentuk seperti periuk, Siter dan Kecapi, Simbal, Suling, Saron dan Gambang.

Pada Candi Lara Jonggrang (Prambanan) dapat dilihat gambar relief Kendang Silindris, Kendang Cembung, Kendang Periuk, Simbal  dan Suling. Disana digambarkan bahwa gamelan digunakan sebagai pengiring tari, upacara kerajaan atau keagamaan.

Jenis-Jenis Gamelan Jawa

Berdasarkan pada sumber bunyinya, Gamelan Jawa terbagi menjadi empat jenis. Masing-masing jenis memiliki instrumen dengan karakter suara yang berbeda-beda. Melalui pengkategorian ini juga bisa diketahui kesejarahan Gamelan. Jenis-jenis Gamelan yang dimaksud diantaranya sebagai berikut
  • ·         Gamelan Ideofon
Instrumen yang sumber bunyinya berasal dari badan alat musik itu sendiri. Jenis ini dikatakan sebagai yang paling tua usianya daripada alat musik lainnya. Dalam Gamelan Jawa, ada alat musik yang berpencon (seperti stupa) yang dibunyikan dengan tongkat pendek.

Dalam susunannya yang banyak dalam satu rancak dikenal sebagai “bonang”, adapun jika susunannya sedikit yang masing-masing ada dalam satu rancak disebut “kenong”. Dalam hal ini Gong menjadi jenis instrumen penting, bahkan istilah ini juga dipakai untuk mewakili seluruh ansambel Gamelan.

Instrumen lain dalam kategori ini juga termasuk alat musik bilah-bilahan (wilahan) seperti Gambang dan Saron. Semua alat musik dalam kategori instrumen ideofon telah ada jejaknya sejak abad ke-9 M. Gong bisa didapati di kitab Ramayana Jawa Kuna, adapun Gambang dan Saron terkait pada relief di Candi Borobudur.
  • ·         Gamelan Membranofon
Instrumen Gamelan dengan sumber bunyi pada selaput kulit atau sejenisnya. Kelompok membranofon telah populer di Pulau Jawa sejak pertengahan abad ke-9 M. Kendang bisa dikatakan sebagai instrumen membranofon paling tua. Bermacam-macam bentuk kendang terdapat pada relief Candi Borobudur dan Candi Siwa Prambanan.

Instrumen lainnya adalah bedug dan trebang yang ada sejak abad ke-12 M. Istilah bedug bisa dijumpai di Kidung Malat. Dalam Kakawin Hariwangsa, Ghatotkacasraya dan Kidung Harsawijaya, ada instrumen sejenis bedug yakni “tipakan”. Dalam kitab Ghatotkacasraya dan Sumanasantaka ada istilah “tabang-tabang” yang kemudian berkembang menjadi istilah “tribang”
  • ·         Gamelan Aerofon
Instrumen dengan sumber bunyi yang berasal dari udara yang ditiup. Seruling (suling) juga merupakan kelengkapan dari Gamelan Jawa. Sejarah alat musik ini juga sangat tua dan bisa ditemukan jejaknya pada relief-relief candi, termasuk Candi Borobudur. Juga ada di kitab Ramayana Jawa Kuno yang diistilahkan dengan “bangsi”.
  • ·         Gamelan Chordofon
Instrumen musik yang mencakup alat musik bersenar yang dipetik dan digesek. Dalam Gamelan Jawa ada rebab dan chelempung. Alat musik jenis ini dikatakan mendapat pengaruh dari kebudayaan luar, Rebab dengan dua senar mungkin memang asli Persia. Adapun Chelempung yang bentuknya memberi kesan Eropa telah tergambar pada relief di Candi Jago.

Fungsi dari Gamelan Jawa

Gamelan Ageng atau penyajian dengan keseluruhan perangkat gamelan digunakan untuk menyajikan gending-gending. Biasanya dipakai untuk iringan musik pada pementasan wayang baik Wayang Kulit maupun Wayang Orang, Ketoprak, tarian-tarian Jawa dan Lain-lain.
Adapun Gamelan Jawa untuk penyajian gending dalam karawitan dapat dibedakan menjadi beberapa repertoar yakni:
  • ·         Soran
Gending-gending dengan kecenderungan volume tabuhan yang keras. Kesemua perangkat gamelan ditabuh kecuali Gender, Gambang, Rebab, Suling dan Siter. Alunan Musik Gamelan jenis ini disajikan dengan tempo Tanggung, Seseg dan Antal.
  • ·         Lirihan
Sesuai dengan namanya, penyajian gending lebih halus dan pelan. Semua Waditra (Instrumen) ditabuh namun yang lebih diutamakan adalah Gender, Gambang, Rebab, Siter dan Suling dengan tempo yang berbeda-beda.

Adapun penyajian karawitan lirihan dapat dibedakan lagi berdasarkan ricikan yang dipergunakan, antara lain: gadon, nyamleng, siteran, genderan, dan lain-lain.

·         Gamelan Ageng yang difungsikan sebagai sarana upacara yakni:
  • Gamelan Sekati:
Memiliki nama Kanjeng Kyai Gunturmadu dan Kanjeng Kyai Guntursari. Biasanya di tabuh dalam perayaan Sekaten yakni dimulai tanggal 5 Mulud hingga 12 Mulud.

Selain ditabuh untuk memperingati hari kelahiran dan wafat Nabi Muhammad SAW, juga untuk menyambut tamu agung, supitan/tetsan putra/putri Sultan dan sakarsa Dalem.

Instrumen yang ada dalam gamelan sekati terdiri dari: 2 gong ageng, 1 bedug, 1 kempyang, 1 saron demung, 2 sarong ricik, 2 sarong peking, 1 sampur, dan 1 bonang.
  • Gamelan Munggang:
Memiliki tiga nada. Gamelan ini terdiri dari 4 racakan berisi tiga buah bonang besar, 1 kenong japan, 2 bende, 1 pasang lojeh, 1 kendang gending, 1 kendang penuntung, dan dua buah gong.
Gamelan Munggang ditabuh untuk menyambut penobatan Sultan, menyambut tamu agung, supitan/tetesan putra/putri Sultan, malemen, mantu, rampog macan, grebegan, dan lain-lain sakarsa Dalem.
  • Gamelan Corobalen:
Dimainkan untuk acara menyambut tamu.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

TWITTER

FACEBOOK

INSTAGRAM

YOUTUBE

Tari Topeng Malangan

Negara kita Indonesia tercinta ini merupakan salah satu negara yang terdiri atas beragam suku dan budaya dari Sabang samapi Merauke. Oleh k...

Arsip Blog

Jumlah Pengunjung