Memenuhi tugas Pengantar Teknologi Informasi

Senin, 30 Desember 2019

Tari Topeng Samba Cirebon Pecahkan Rekor ORI

Indonesia adalah Negara yang kaya akan kebudayaan tradisional. Negara yang mempunyai kesenian tradisional yang sangat beragam, seperti tarian-tarian daerah. Tarian pada setiap daerah memiliki keunikan sendiri-sendiri. Salah satu tarian asli dari Indonesia yang cukup unik adalah Tari Topeng.

Tari topeng merupakan tarian tradisional yang berasal dari Cirebon, Jawa Barat. Tarian ini dipentaskan oleh penari-penari yang memakai topeng. Keunikan dari tarian ini adalah topeng yang dikenakan mempunyai karakter yang berbeda-beda.

Sebagai sebuah karya seni, topeng dibuat bukan hanya dipandang sebagai kedok penutup wajah. Dalam filosofi kebudayaan Cirebon, topeng lebih berfungsi sebagai hiasan bagian depan sorban atau penutup kepala.

Istilah topeng sendiri dalam lingkup masyarakat Cirebon terbentuk dari dua kata yakni “ketop-ketop” yang berarti berkilauan dan “gepeng” yang berarti pipih. Kedua istilah tersebut mewakili sebuah elemen yang ada di bagian muka sobrah atau tekes, yaitu hiasan di kepala sang penari.

Topeng Cirebonan hadir dalam beragam jenis, namun ada lima topeng utama yang biasa ditampilkan dan dikenal dengan Topeng Panca Wanda (topeng lima wanda atau lima rupa), diantaranya sebagai berikut :

  1. Topeng Panji : Berwajah putih bersih sebagai penggambaran kesucian bayi yang baru lahir.
  2. Topeng Samba (Pamindo) : Mewakili wajah anak-anak yang ceria, lucu dan lincah.
  3. Topeng Rumyang : Dibentuk untuk melambangkan seorang remaja.
  4. Topeng Patih (Tumenggung) : Mewakili wajah kedewasaan, berkarakter tegas, berkepribadian dan bertanggung jawab.
  5. Topeng Kelana (Rahwana) : Dibentuk sedemikian rupa untuk menggambarkan seseorang yang sedang marah.
Penari yang mementaskan Tari Topeng disebut Dalang. Karena setiap penari memerankan karakter pada topeng yang dikenakan. Tarian ini dapat dipentaskan oleh satu orang penari dan juga dapat dipentaskan oleh beberapa orang penari.

Tarian ini mengandung simbol-simbol yang mempunyai makna tertentu. Simbol-simbol yang terdapat pada tarian ini dapat berupa cinta, nilai kepemimpinan dan kebijaksanaan. Pada saat pementasan tarian ini, diharapkan para penonton paham akan simbol-simbol yang disampaikan oleh penari.

Seperti disebut dalam kesejarahan tari ini, awalnya Tari Topeng Cirebon lebih dikonsentrasikan di lingkungan keraton. Seiring perkembangannya, lama-kelamaan kesenian ini kembali, melepaskan diri dan dianggap sebagai rumpun tari yang berasal dari tarian rakyat.

Sementara itu, karena pada masa Islam tari ini lebih diupayakan untuk penyebaran agama, maka dikemaslah pertunjukan ini menjadi bermuatan filosofis dan berwatak atau wanda.

Pengemasan yang dimaksud adalah lebih menggambarkan ketakwaan dalam beragama serta tingkatan sifat manusia, diantaranya sebagai berikut :

  1. Makrifat (Insan Kamil) : Tingkatan tertinggi manusia dalam beragama dan sudah sesuai dengan syariat agama.
  2. Hakikat : Pengambaran manusia yang berilmu, sehingga telah faham mana yang menjadi hak seorang hamba dan mana yang hak sang Khalik.
  3. Tarekat : Gambaran manusia yang telah hidup dengan menjalankan agama dalam perilaku kehidupannya sehari-hari.
  4. Syariat : Sebagai gambaran manusia yang memulai untuk memasuki atau baru mengenal ajaran Islam.
Bahkan Sunan Gunung Jati dan Sunan Kalijaga menggunakan tarian ini sebagai media dakwah untuk penyebaran agama Islam dan juga dapat menjadi hiburan disekitar keraton.

Tari Topeng Cirebon adalah salah satu tarian di wilayah Cirebon. Tari Topeng Cirebon, merupakan kesenian asli daerah Cirebon, termasuk Subang, Indramayu, Jatibarang, Majalengka, Losari, dan Brebes. Tari Topeng Cirebon adalah salah satu tarian ditatar parahyangan, mengapa dinamakan tari topeng kerena memang ketika beraksi sang penari memakai topeng.

Samba berasal dari kata sambang atau saban yang artinya setiap.Maknanya bahwa setiap waktu kita di wajibkan menjalankan perintah-Nya .Di duakalikan (di pindoni ) , maknanya bahwa di samping mengerjakan perintahnya kita juga perlu mengerjakan hal-hal yang sunah. 
  
Tari topeng samba adalah jenis tarian yang menggambarkan sifat manusia yang masih anak anak penuh kebahagian dan kelincahan.dalam gerakan tarianya sangat luwes,serta lucu. Topeng samba merupakan salah satu karakter dalam tari topeng Cirebon. Karakter topeng samba yang direpresentasikan warna putih pada seluruh permukaannya yang menggambarkan kepolosan anak-anak.

Samba / Pamindho menggambarkan birahi ,karena setelah memiliki sesuatu yang di inginkan kepada orang lain selalu ingin mempertunjukan apa yang telah dimilikinya,bahwa hal itu menjadi pula sebagian kepentingan orang lain.

Kata Pamindo, di kalangan seniman topeng Cirebon, berasal dari kata pindo, artinya kedua. Kata pindo, umumnya sangat berkaitan dengan urutan penyajian topeng Cirebon itu sendiri, yang artinya juga sama dengan penyajian tari bagian (babak) kedua. Akan tetapi, khusus untuk topeng gaya Losari, tarian tersebut justru ditarikan pada bagian pertama dan digambarkan sebagai tokoh Panji Sutrawinangun. Dalam gaya topeng Losari memang tidak dikenal adanya tari topeng Panji secara khusus, karena topeng Panji ditarikan dalam topeng lakonan.

Karakter tari topeng tersebut adalah genit atau ganjen (bhs. Jw. Cirebon), sama dengan karakter tokoh Samba dalam cerita wayang Purwa. Oleh sebab itu, tari ini juga sering disebut dengan topeng Samba. 

Gerakannya gesit dan menggambarkan seseorang yang tengah beranjak dewasa, periang, dan penuh suka cita. Itulah sebabnya, mengapa gerakan tari topeng ini seperti kesusu (terburu-buru), mirip dengan perilaku dan kehidupan seorang anak muda.
Lagu pada tari topeng samba adalah lagu kembang kapas.Macam-macam kedhok samba adalah : 
a). Kedhok samba galung, yaitu kedhok samba yang berwarna cat putih kebiru-biruan.
 b). Kedhok samba gimbal, yaitu kedhok samba yang berwarna cat putih kekuning- kuningan. 

Perlengkapan yang diapakai tari topeng samba adalah sebagai berikut:
  1. Kedhok/Topeng, yang terbuat dari kayu dan cara memakainnya dengan menggigit bantalan karet pada bagian dalamnya.
  2. Sobra, sebagai penutup kepala yang dilengkapi dengan jamangan dan dua buah sumping.
  3. Baju yang berlengan.
  4. Dasi, yang dilengkapi dengan peniti ukon (mata uang jaman dulu).
  5. Mongkron, yang terbuat dari batik lakoan.
  6. Ikat pinggang stagen yang dilengkapi badog.
  7. Celana sebatas bawah lutut.
  8. Sampur/Selendang.
  9. Keris.
  10. Gelangan tangan.
  11. Kaos kaki putih sampai lutut.
  12. Kain batik.
Tari Topeng samba juga ada pada sanggar yang saya dan teman teman observasi kan, bahkan pada tahun ini telah memecahkan rekor ORI dengan jumlah penari terbanyak se-Indonesia. Tari Topeng Samba Cirebon dan Jaran Larad yang ditarikan oleh penari dari Sanggar Seni Sekar Pandan mendapat apresiasi dari Original Record Indonesia (ORI).

Pimpinan Sekar Pandan sekaligus kreator tari topeng samba dan jaran larad, Elang Heri Komalahadi mengatakan, kolaborasi tarian itu ditarikan setidaknya 270 penari berusia anak-anak dan remaja, sekaligus dalam rangka memperingati milad ke-27 sanggar seni Sekar Pandan di halaman Keraton Kacirebonan, Kota Cirebon, Jawa Barat.
Topeng samba merefleksikan perjalanan dan pembelajaran seseorang dalam menimba ilmu, karena ketika usia anak-anak banyak hal yang harus dipelajari.

Sebagai hasil budaya, Tari Topeng Cirebon mengusung nilai hiburan yang mengandung pesan-pesan terselubung. Unsur-unsur yang terkandung mempunyai arti simbolik yang bila diterjemahkan sangatlah menyentuh berbagai aspek kehidupan, sehingga juga memiliki nilai pendidikan.
Share:

Wayang Babad Cirebon


Wayang Kulit Cirebon, hidup dan berkembang bersamaan dengan masuk dan berkembangnya agama Islam di Cirebon yang dibawa para Wali. Berdasarkan sejarah (babad Cirebon), Pakeliran wayang Kulit pertama di Cirebon dilakukan oleh Sunan panggung atau Sunan Kalijaga sebagai dalangnya yang diringi gamelan sekaten Cirebon. 

Dari pengaruh ajaran agama yang dibawa para Wali Sembilan itulah sehingga muncul tambahan tokoh panakawan menjadi sembilan yakni : Semar, Curis, Bitarota, Ceblok, Dawala, Cungkring, Bagong, Bagal Buntung, dan Gareng. Kehadiran sembilan panakawan ini didasarkan pada lambang Wali Sanga, hal ini disebabkan bahwa masyarakat Cirebon percaya awal keberadaan agama Islam di Indonesia ini karena jasa-jasa para Wali Sanga.

Dalam bahasa Cirebon, kata “wayang” memiliki arti bayangan. Kata lain wayang adalah “ringgit” artinya Sunan Giri yang “nganggit”. Maksudnya Sunan Giri yang memikirkan atau mengarang kecuali wayang Gunungan dibuat oleh Sunan Gungjati. Tokoh wayang dewa yang mempunyai kedudukan tertinggi disebut “Girinata” mempunyai makna Sunan Giri yang menata atau mengatur.

Sedang menurut babad Cerbon yang dikutip Rafan S. Hasyim dalam bukunya Seni tatah dan Sungging Wayang Kulit Cirebon, sangat jelas disebutkan bahwa Sunan Kalijaga merupakan pencetus pembuatan Wayang Kulit Cerbon. 

Sunan Kalijaga berkenan menyerahkan wayang , Sunan Bonang meminta agar dibuatkan dan diperbanyak, semua wali menerimanya, Gusti Sunan ratu (Sunan Purba) segera memerintahkan Pangeran Kajoran).

Dalam babad Cirebon disebutkan:

“Gelise ingkang carita, ringgit wis cinithak kalih, kajoran wis winastanan, pangeran Kalang reki, wus katur ing para wali, sampun dados sakati, kang dinamela”

Artinya :
Segera setelah itu, wayang sudah diperbanyak, Pangeran Kajoran diberi gelar, dengan nama Pangeran Kalang, sudah diterima oleh para Wali, wayang yang diproduksi sudah mencapai jumlah seribu.

“Sawise nganggit gamelan, amangun keramat wali, pasarean ing astana, dinamel kalaning wengi, anuju ing taun alip, ping sadasa riyaya, terape ing bada isa, waktu subuh sampun radin, sigra bubar sakathaning wali sanga”

Artinya :
Setelah membuat arasemen gamelan, membangun tajug (di Gunung Sembung) pada malam itu, tahun alif, tanggal 10 Lebaran Idul Adha, tepatnya setelah sholat isya’ diadakan pergelaran sampai waktu subuh setelah itu para wali kembali ke kediaman masing-masing (Rafan S. Hasyim, 2012 : 2-6).

Dari tiga bait syair, tembang sinom diatas dapat disimpulkan bahwa, Sunan Kalijaga merupakan pencetus pertama pembuatan wayang Cerbon. Pangeran Kajoran orang pertama yang memproduksi wayang cerbon. 

Tempat pertama kali diadakan pertunjukan wayang Cerbon adalah di Bangsal Pringgitan di depan komplek Astana Nurgiri Ciptarengga pada tanggal 10 Dzulhijah sekitar tahun 1480-an. Atas dasar tersebut, maka dengan kesepakatan pada dalang di Cirebon tanggal 10 Zulhijah ditetapkan sebagai hari Pedalangan Cirebon.

Cirebon adalah salah satu tempat terbesar di tanah Jawa, yang merupakan pusat pengembangan budaya wayang kulit, sebagaimana diriwayatkan dalam ” Babad Cirebon”, tentang perjalanan Sunan Kalijaga atau Sunan Panggung sampai turun temurun kepada para dhalang (seniman) di Cirebon.

Sementara itu, Kabid Seni dan Film Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Provinsi Jawa Barat mengatakan, sejak tahun 2003, wayang sudah diakui oleh UNESCO sebagai kebudayaan milik Indonesia. Namun sayangnya, peminat wayang dari tahun ke tahun semakin berkurang. Masyarakat lebih tertarik pada kebudayaan luar negeri.

Wayang babad Cirebon diciptakan oleh Ki Dalang Askadi Sastra Suganda dari Cangkring Plered Cirebon. Cerita yang diangkat dalam wayang babad ini biasanya bercerita tentang sejarah, legenda, cerita babad ataupun dongeng seperti golek cepak Cirebon. Waditra yang digunakan adalah gamelan salendro dan pelog, genjring santri/rebanan, solawatan, lagu-lagu kemandu lakon.

Wayang babad merupakan pagelaran wayang berisi tentang Babad Cirebon. Ceritanya pun tentang asal-usul Kota Cirebon sesuai babad yang ada. 

Pada wayang kulit cirebon penyebutan nama babad atau cerita dan karakter-karakter pewayangannya memiliki perbedaan jika dibandingkan dengan penyebutan babad pewayangan dalam pagelaran wayang kulit purwa gaya yogyakarta atau surakarta, sebagai contohnya Babad alas amer disebut sebagai Babad Wanamerta dalam pagelaran wayang kulit cirebon.

Penyebutan nama karakter pewayangannya juga memiliki perbedaan, di antaranya Kala Pracona dalam wayang kulit cirebon disebut sebagai Naga Pracana dan Kala Srenggi disebut sebagai Kala Jenggi.

Selain perbedaan penyebutan nama babad dan karakter pada Wayang kulit Cirebon, kesinambungan unsur pra-Islam dengan unsur agama Islam yang masuk ke wilayah budaya Cirebon pun masih dapat dilihat jelas pada bentuk visual karakter wayangnya, selain contoh Naga Liyong dan Guru Dorna (Drona) yang berjubah seperti yang telah dijelaskan sebelumnya ada juga karakter lain yang merupakan wujud dari kesinambungan unsur pra-Islam dengan agama Islam, di antaranya Gunungan Jali atau Jaler pada pagelaran wayang kulit cirebon yang masih menampilkan wujud Ganesha sebagai pengaruh unsur agama Hindu yang merupakan salah satu unsur pra-Islam yang mewarnai wayang kulit cirebon.

Jika dibandingkan antara pembawaan bahasa babad yang digunakan pada wayang kulit purwa dengan wayang kulit cirebon, dialog yang dibawakan pada pagelaran wayang kulit cirebon lebih bernafaskan Islam.

Untuk mengembalikan posisi wayang sebagai sarana dakwah kepada masyarakat, nayaga mengenakan kostum ala santri, dan sinden mengenakan jilbab. Dalam pertunjukkan wayang kulit dan wayang golek biasanya sinden mengenakan kebaya, ber make up tebal dan sedikit genit serta memenuhi keinginan penonton yang me-request sebuah lagu. Singkatnya, sinden harus tampil cantik hingga banyak penonton yang betah duduk di bangku yang berderet sepanjang malam.

Disisipi syair shalawat nabi, bacaan ayat awal Surat Al-Alaq, do`a Nabi Adam yang menerangkan kesia-siaan jika kesalahannya tidak diampuni Allah swt, pertunjukkan wayang babad malam itu sukses menyedot antusiasme penonton. Di tengah acara ketika Susuhunan Jati (Syekh Syarif Hidayatullah) menancapkan payung kropak agung, ada episode tarian yang dibawakan prajurit kerajaan Cirebon setelah Susuhan Jati berjalan diiringi Sunan Kalijaga dan Sunan Kudus.

Layar pertunjukkan agak unik. Dua buah gunungan yang ditancapkan pada batang pisang berhias gambar dua bukit dengan sebuah huma dan seekor bangau hinggap di atas pohon. Bukan tanpa alasan Askasi menggambarkan ini. Agaknya ia bukan sekadar ingin berbeda melainkan ada penekanan pada konsep berpasangan dalam segala hal, sebagaimana dijelaskan ajaran moral.

Keberadaan wayang Cirebon dapat bertahan hingga saat ini karena adanya beberapa faktor baik unsur internal maupun eksternal. Unsur internal meliputi para seniman pedalangannya baik dalang, nayaga maupun sinden. Sedang unsur eksternal adalah para penonton atau pendukung wayang kulit itu sendiri. Bertahannya pergelaran wayang kulit Cirebon menurut Rafan S. Hasim karena secara sosial masih fungsional. Keterkaitan antara unsur internal yang terdiri dari komunitas dalang dan para pendukungnya masinh sangat kuat, sehingga keberadaan wayang sebagai sebuah anasir budaya masih dibutuhkan keberadaannya. 

Fungsi sosial wayang kulit Cirebon masih terus bertahan mengikuti dinamika perkembangan zaman. Dari masa ke masa wayang kulit Cirebon memiliki fungsi yang fleksibel. Pada zaman awal perkembangan Islam hingga berdirinya pusat kekuasaan Islam di Cirebon, wayang digunakan sebagai media penyebaran agama Islam.
Share:

Wayang Orang


Hasil gambar untuk gambar wayang orang



Wayang orang atau wayang wong (bahasa jawa) merupakan wayang yang diperangkan dengan menggunakan orang sebagai tokoh dalam cerita wayang itu sendiri. Wayang orang dibuat oleh Sultan Hamangkurat I di tahun 1731. 

Wayang orang ini bukan diperangkan lagi dengan boneka-boneka wayang tetapi sudah ditampilkan oleh manusia-manusia sebagai pengganti bonek-boneka tersebut. 

Mereka memakai pakaian yang memiliki kesamaan dengan hiasan-hiasan yang digunakan pada wayang kulit. Tujuannya yaitu agar bentuk muka atau bangun muka mereka serupa dengan wayang kulit (apabila dilihat dari samping), biasanya pemain wayang orang ini dihias/dimake up mukanya dengan tambahan gambar atau lukisan. 

Dalam cerita wayang orang, cerita yang diangkat yaitu berbasis pada due epic cerita kolosal yaitu Mahabharata dan Ramayanga. Hal yang membuat menarik dari pertunjukan wayang orang ini adalah terdapat tari kolosan atau individu per pemain pada masing-masing jeda cerita. 

Lebih dari itu wayang orang juga menampilkan tokoh punakawan sebagai pencair suasana yang ini adalah menggambarkan kondisi kawulo alit atau masyarakat secara umum dan abdi dalem. 

R.M Soedarsono menyatakan, Wayang Wong merupakan salah satu jenis teater tradisional Jawa yang merupakan gabungan antara seni drama yang berkembang di Barat dengan pertunjukan wayang yang tumbuh dan berkembang di Jawa. Jenis kesenian wayang ini pada awalnya berkembang utamanya di lingkungan Kraton dan kalangan priyayi atau bangsawan Jawa. 

Tujuan dan Fungsi Wayang Orang 

Tujuan dari pertunjukan wayang orang antara lain yaitu: 
  • Sebagai sebuah tontongan atau hiburan 
  • Sebagai seni pertunjukan untuk memberikan nilai-nilai dalam bentuk yang simbolis dan konotatif dan juga estetis. 
  • Ikut serta dalam menjaga dan mendukung eksistensi wayang orang. 

1. Pertunjukan wayang orang tidak bisa dipisahkan dari banyak komponen antara lain seperti gerak tari, kostum penari, irama gamelan, tembang, dialog sampai pada make up yang seluruhnya menyatu menjadi satu pertunjukan seni yang membuat orang terpesona. 

2. Untuk dapat menjadi seoragn penari Wayang Orang bukan saja hanya bisa menari, namun juga harus dapat bernyanyi dan pastinya dalam bahasa Jawa. Dalam menari juga tidak dapat sembarang menari ikut irama. Wayang orang adalah suatu pertunjukan yang sangat penuh dengan aturan, wayang adalah filosofi kehidupan. 

3. Dalam pertunjukan, tata krama, etika, sopan santun seluruhnya terdapat pada wayan gorang. Seperti misalnya, Gatot Kaca yang gagah dan sakti, sifat ini terlihat dari gerakan tarinya. Pemeran Gatot Kaca merupakan orang yang mempunyai angkatan kaki yang tinggi, mata yang awas dan tangan yang selalu terlentang. 

Pada setiap gerakan menujukkan kegagahan, tetapi ketika Gatot Kaca bertemu dan berbicaran dengan Arjuna, pamannya, Gatot Kaca tidak boleh mengangkat kakinya tinggi-tinggi sebab tidak sopan. Pada sisi ini merupakan sebuah nilai moral. 

4. Selain menari ada dialog yang biasanya dalam bentuk tembang. Nembang atau menyanyi terdapat dua macam, yakni yang pertama menyanyi tanpa diringi oleh musi yang dinamakan dengan bhowo atau dapat pula dinamakan dengan sworo lola yang memiliki arti suara sendiri. Yang kedua adalah greget saut, yang artinya keadaan, terdapat emosi yang jelas. 

5. Dalam tarian wayang orang ada istilah wirogo, wiromo. Wirogo artinya digerakkan oleh raga (fisik), wiroso artinya digerakkan oleh rasa dan wiromo artinya mengikuti irama. 

Tidak sama dengan tarian lainnya, seperti tarian danggut yang hanya sekedar mengikuti irama saja, menggerakan badan, pada tarian wayang, tarian wayang tersebut selain bergerak mengikuti irama juga dengan penjiwaan yang mendalam. 

6. Kostum dan make up pada wayang oragn seluruhnya tergantung dari karakter toko wayang yang sedang diperangkan. Setiap karakter memiliki ciri khas tersendiri dari bentuk jamang (mahkota), aksesorisnya, senjatanya, bentuk matan dan lain sebagainya.

Warisan seni dan budaya juga sangatlah beragam. Apalagi kota Solo memiliki slogan "Spirit of Java" yang menginisiasi kekuatan yang dimiliki daerah tersebut. Termasuk salah satunya adalah budaya yang masih dipertahankan hingga kini, Wayang Orang Sriwedari. Berada di kompleks Taman yang Sriwedari yang dibangun Sri Susuhunan Pa ta Wayang Orang yang berbeda tiap harinya. Sebelum menikmati pertunjukan, pengunjung bisa beradaptasi dengan galeri (potret kegiatan wayang dari masa ke masa) yang ada di bagian serambi gedung. 

Wayang Orang Sriwedari mengambil inspirasi dari kisah Mahabarata dan Ramayana. Sekitar dua jam pertunjukan tersebut, pemimpin/dalang akan mengambil alih (mengumumkan) mengenai alur ceritanya. Dalam ceritanya, kamu akan menemukan beberapa lakon wayang yang sering berada di panggung seperti Semar, Petruk, Gareng, dan Bagong. Selama menampilkan wayang, terdapat berbagai suasana menegangkan sekaligus tertawa dengan tingkah dari keempatnya. 

JENIS - JENIS WAYANG ORANG 

1. Wayang Orang Mahabandhana 

Bersumber pada keaslian Wayang Orang di istana Mangkunegaran, seorang seniman merepresentasikan kegiatan Mahabandhana dengan tatanan (konsep) mengutamakan seniman tari ke dalam cakupan karyanya. Dimana sebuah pergelaran Wayang tersebut, menggunakan karya adiluhung penuh simbol dan makna dalam kemegahan artistik dan tarian Jawa klasik, sekaligus menunjukan idealisme kesenian dalam bentuk yang konstruktif namun prospektif. 

Pergelaran Wayang Wong Mahabandhana bisa mengandalkan 150 seniman tradisional yang berasal dari Surakarta, Yogyakarta, Semarang, dan Jakarta. Karya luhur anak bangsa satu ini, didukung oleh para bintang panggung dari Alumni Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta dan Yogyakarta, di antaranya Agus Prasetyo yang juga bertindak sebagai sutradara. Bukan itu saja, pementasan Mahabandhana juga melibatkan seniman lain dari grup (seniornya) Wayang Wong Sriwedari, sebuah grup kesenian tradisional legendaris dari Surakarta yang sudah ada sejak tahun 1910. 

2. Wayang Orang Banjaran Gatotkaca 

Banjaran gatotkaca berkisah tentang kesatria pringgodani yang terkenal dengan kesaktianya otot kawat balung (tulang) wesi (besi). Seperti yang ada di acara televisi, kisah ini menerangkan bahwa manusia terkuat lahir dan dikenal sebagai Gatotkaca. Sebuah kisah yang akhirnya menjadi drama pertunjukan wayang ini mengisahkan perjalanan Gatotkaca di medan sesungguhnya demi membela harga diri bangsa dan keluarga bertajuk "Banjaran Gatotkaca". 

Sampai saat ini, sebuah Paguyuban Wayang Orang Indonesia Pusaka yang di sutradarai oleh Ida Soeseno ini mampu menampilkan khasanah budaya Indonesia ke dunia International. Dibuktikan dengan gelaran “Banjaran Gatotkaca” di Sydney Opera House pada 28 desember 2010, Istana Negara 29 Juli 2011 dan Gedung UNESCO Paris 22 oktober 2012. 

3. Wayang Orang Ngesti Pandawa - Semarang 

Wayang Orang Ngesti Pandawa adalah bukti masih adanya sekelompok kecil masyarakat yang ingin mempertahankan kebudayaan lokal di tengah maraknya budaya dari luar. Pertunjukan ini juga salah satu dari ketiga wayang yang masih aktif di Indonesia, selain Wayang Orang Sriwedari Solo dan Wayang Orang Bharata di Jakarta. Di samping itu, terdapat paduan teknologi dan tradisi yang membuktikan wayang orang "Ngesti Pandawa" masih eksis sampai saat ini. 



Share:

Tari Jaipong




Hasil gambar untuk gambar tari jaipong

Tari jaipong adalah sebuah jenis tari pergaulan tradisional masyarakat Sunda, Jawa Barat, yang cukup populer di Indonesia. Dewasa ini tari Jaipongan boleh disebut sebagai salah satu identitas keseniaan Jawa Barat, hal ini nampak pada beberapa acara-acara penting yang berkenaan dengan tamu dari negara asing yang datang ke Jawa Barat, maka disambut dengan pertunjukan tari Jaipongan. Demikian pula dengan misi-misi kesenian ke manca negara senantiasa dilengkapi dengan tari Jaipongan. Tari Jaipongan banyak memengaruhi kesenian-kesenian lain yang ada di masyarakat Jawa Barat, baik pada seni pertunjukan wayang, degung, genjring/terbangan, kacapi jaipong, dan hampir semua pertunjukan rakyat maupun pada musik dangdut modern yang dikolaborasikan dengan Jaipong menjadi kesenian Pong-Dut.Jaipongan yang telah diplopori oleh Mr. Nur & Leni. 

Tari Nasional - Bagi masyarakat sunda, khususnya Jawa Barat dan sebagian di Provinsi Banten tari jaipong atau akrab disebut Jaipongan adalah tari daerah yang sangat dibanggakan. Jaipong terlahir sebagai Seni Budaya khas Suku Sunda merupakan Seni Tari yang berkembang sejak tahun 60 an. 

Sejarah Tari Jaipong 

jaipongan merupakan garapan yang menggabungkan beberapa elemen seni tradisi karawang seperti pencak silat, wayang golek, topeng banjet, ketuk tilu dan lain-lain. Jaipongan di karawang pesat pertumbuhannya di mulai tahun 1976, di tandai dengan munculnya rekaman jaipongan SUANDA GROUP dengan instrument sederhana yang terdiri dari gendang, ketuk, kecrek, goong, rebab dan sinden atau juru kawih. 

Dengan media kaset rekaman tanpa label tersebut (indie label) jaipongan mulai didistribusikan secara swadaya oleh H Suanda di wilayah karawang dan sekitarnya. Tak disangka Jaipongan mendapat sambutan hangat, selanjutnya jaipongan menjadi sarana hiburan masyarakat karawang dan mendapatkan apresiasi yang cukup besar dari segenap masyarakat karawang dan menjadi fenomena baru dalam ruang seni budaya karawang, khususnya seni pertunjukan hiburan rakyat. Posisi Jaipongan pada saat itu menjadi seni pertunjukan hiburan alternative dari seni tradisi yang sudah tumbuh dan berkembang lebih dulu di karawang seperti penca silat, topeng banjet, ketuk tilu, tarling dan wayang golek. Keberadaan jaipong memberikan warna dan corak yang baru dan berbeda dalam bentuk pengkemasannya, mulai dari penataan pada komposisi musikalnya hingga dalam bentuk komposisi tariannya. 

Adalah H. Suanda yang menciptakan kreasi tari jaipong pada tahun 1976. Seniman-seniman Karawang dibawa bersama Suwanda. Ketika sukses, perkembangan jaipong lebih bagus Bandung. Karawang hanya dikenal gendangnya atau nayaga (pemain musik). Tari ini dibawa ke kota Bandung oleh Gugum Gumbira, sekitar tahun 1960-an, dengan tujuan untuk mengembangkan tarian asal karawang di kota bandung yang menciptakan suatu jenis musik dan tarian pergaulan yang digali dari kekayaan seni tradisi rakyat Nusantara, khususnya Jawa Barat. 

Karya Pertama 

Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari "Daun Pulus Keser Bojong" dan "Rendeng Bojong" yang keduanya merupakan jenis tari putri dan tari berpasangan (putra dan putri). Dari tarian itu muncul beberapa nama penari Jaipongan yang handal seperti Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, dan Pepen Dedi Kurniadi. Awal kemunculan tarian tersebut sempat menjadi perbincangan, yang isu sentralnya adalah gerakan yang erotis dan vulgar. Namun dari ekspos beberapa media cetak, nama Gugum Gumbira mulai dikenal masyarakat, apalagi setelah tari Jaipongan pada tahun 1980 dipentaskan di TVRI stasiun pusat Jakarta. Dampak dari kepopuleran tersebut lebih meningkatkan frekuensi pertunjukan, baik di media televisi, hajatan maupun perayaan-perayaan yang diselenggarakan oleh pihak swasta dan pemerintah. 

Kehadiran Jaipongan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap para penggiat seni tari untuk lebih aktif lagi menggali jenis tarian rakyat yang sebelumnya kurang perhatian. Dengan munculnya tari Jaipongan, dimanfaatkan oleh para penggiat seni tari untuk menyelenggarakan kursus-kursus tari Jaipongan, dimanfaatkan pula oleh pengusaha pub-pub malam sebagai pemikat tamu undangan, dimana perkembangan lebih lanjut peluang usaha semacam ini dibentuk oleh para penggiat tari sebagai usaha pemberdayaan ekonomi dengan nama Sanggar Tari atau grup-grup di beberapa daerah wilayah Jawa Barat, misalnya di Subang dengan Jaipongan gaya "kaleran" (utara). 

Ciri khas Jaipongan gaya kaleran, yakni keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas, dan kesederhanaan (alami, apa adanya). Hal itu tercermin dalam pola penyajian tari pada pertunjukannya, ada yang diberi pola (Ibing Pola) seperti pada seni Jaipongan yang ada di Bandung, juga ada pula tarian yang tidak dipola (Ibing Saka), misalnya pada seni Jaipongan Subang dan Karawang. Istilah ini dapat kita temui pada Jaipongan gaya kaleran, terutama di daerah Subang (Jawa Barat). 

Dalam penyajiannya, Jaipongan gaya kaleran ini, sebagai berikut: 
  1. Tatalu 
  2. Kembang Gadung 
  3. Buah Kawung Gopar 
Tari Pembukaan (Ibing Pola), biasanya dibawakan oleh penari tunggal atau Sinden Tatandakan (serang sinden tapi tidak bisa nyanyi melainkan menarikan lagu sinden/juru kawih) 
Jeblokan dan Jabanan, merupakan bagian pertunjukan ketika para penonton (bajidor) sawer uang (jabanan) sambil salam tempel. Istilah jeblokan diartikan sebagai pasangan yang menetap antara sinden dan penonton (bajidor). 

Pada saat ini, Jaipongan merupakan Identitas Jawa barat yang meski dijaga kelestariannya. Tari jaipong mulai ditampilkan di depan umum pada 1974 dalam Hong Kong Arts Festival, melibatkan penyanyi-penari Tatih Saleh, Gugum Gumbira sebagai koreografer, dan Nandang Barmaya, seorang musisi sekaligus dalang. Ketika itu pemerintah sempat berupaya melarang tarian ini karena dirasa cenderung amoral dan sensual. Tetapi alih-alih meredup, jaipong malah makin populer, terutama di era 80-an. Bentuk tari jaipong kala itu tidak lagi disajikan sebagai tarian pergaulan seperti ronggeng, tayub atau ketuk tilu, di mana posisi penonton sejajar dengan penari, tetapi sebagai tarian panggung. Jaipong biasa dilakukan oleh penari perempuan, tetapi bisa juga dilakukan secara berpasangan. 

Gerakan Jaipong

Jaipong memiliki dua kategori dalam gerakannya: 
Ibing Pola (Tarian Berpola) 
Tarian ini biasanya dilakukan secara rampak (berkelompok) dikoreografi, disajikan dalam panggung untuk kebutuhan tontonan saja. 
Ibing Saka (Tarian Acak) 
Penyajian jenis ini populer di kawasan Subang dan Karawang, disebut juga sebagai Bajidor. Bajidor sendiri sering diasosiasikan sebagai akronim Barisan Jelama Boraka (Barisan Orang-orang Durhaka). Tarian ini lebih merakyat karena, posisi penonton sejajar dengan penari. Dan penonton bisa ikut menari. 

Pola Jaipong

Rangkaian gerak tari jaipong dapat dibedakan menjadi empat bagian: 
  1. Bukaan, merupakan gerakan pembuka, 
  2. Pencugan, merupakan bagian kumpulan gerakan-gerakan, 
  3. Ngala, bisa juga disebut titik merupakan pemberhentian dari rangkaian tarian, dan 
  4. Mincit, merupakan perpindahan atau peralihan. 

Gerakan dasar tarian ini sering disebut 3G yaitu akronim dari : 
  1. Geol (gerakan pinggul memutar), 
  2. Gitek (gerakan pinggul menghentak dan mengayun), 
  3. Goyang (gerakan ayunan pinggul tanpa hentakkan). 

Dewasa ini tari jaipong boleh disebut sebagai salah satu identitas Jawa Barat, hal ini nampak pada beberapa acara-acara penting di Jawa Barat. Tamu dari negara asing yang datang ke Jawa Barat biasa disambut dengan pertunjukan tari jaipong. Demikian pula dengan misi-misi kesenian ke manca negara. 

Tari Jaipong juga banyak memengaruhi kesenian-kesenian lain yang ada di masyarakat Jawa Barat, baik pada seni pertunjukan wayang, degung, genjring/terbangan, kacapi jaipong, dan hampir semua pertunjukan rakyat maupun pada musik dangdut modern yang dikolaborasikan dengan Jaipong.
Share:

Rabu, 25 Desember 2019

Tarian Rudat Padukan Genjring dan Pencak Silat


Cirebon sebagai salah satu kota besar di Jawa Barat memiliki adat istiadat dan pertunjukan seni tersendiri salah satunya adalah Genjring Rudat. Genjring Rudat adalah pertunjukan seni Cirebon yang telah ada sejak beberapa abad lalu. Salah satu seni tari yang menggunakan alat musik genjring ini merupakan seni khas Cirebon yang patut diapresiasi dan dilestarikan.

Di Cirebon terdapat tradisi Pencak silat yang diiringi musik Rebana, biasa dikenal Genjring Rudat. Genjring adalah rebana kecil yang dilengkapi dengan kepingan logam bundar pada bingkainya. Sedangkan Rudat menurut Maestro Tari Sunda Enoch Atmabrata adalah tarian yang iringi oleh musik tebangan di mana unsur tariannya kental dengan nuansa agama dan seni bela diri.

Pada awalnya Seni Rudat hanya berkembang di pesantren-pesantren, namun kemudian seni yang bernafaskan Islam ini berkembang pula di masyarakat umum. Munculnya kesenian berawal dari tumbuhnya semangat perjuangan masyarakat dalam upayanya melawan penjajah yang dipimpin oleh seorang pangeran dari Kesultanan Kanoman Cirebon.

Bersama pimpinan-pimpinan pesantren ia menyusun kekuatan dengan mengajarkan ilmu beladiri pada para santri. Kegiatan tersebut kemudian disamakan dengan membentuk gerakan-gerakan berbentuk tarian. Maka dalam tarian Rudat, kita akan melihat perpaduan gerak silat, dzikir dan gerakan sholat, kemudian diiringi dengan lantunan puji-pujian yang mengagungkan asma Allah dan Rasulnya. Adapun alat musik yang digunakan dalam pertunjukan Rudat adalah perangkat genjring, trebang dan bedug.

Genjring rudat merupakan bukti sejarah masa lalu tentang pergerakan kuat melawan penjajah yang disamarkan dalam bentuk tarian yang saat ini pun masih sering ditampilkan saat acara besar keislaman di Cirebon. Pertunjukan seni Cirebon genjringrudat diharapkan mampu mengembalikan masyarakat Cirebon untuk menghargai sejarah perjuangan pangeran keraton, ulama dan santri yang melawan penjajahan Belanda.

Selain motivasi untuk syiar atau menyebarkan agama Islam, Genjring Rudat adalah pegelabuan dari para santri yang melakukan penempaan fisik supaya tidak dicurigai penjajah Belanda. Mereka kemudian berlatih kesenian rudat.

Di dalam Rudat terdapat gerak-gerak silat yang diiringi genjring. Di satu sisi, hal ini diartikan sebagai pembinaan mental anak muda pesantren. Di sisi lain dimaknai dengan penempaan fisik bagi anak-anak pesantren untuk mempersiapkan diri melakukan perlawanan terhadap penjajah pada masa kolonial Belanda. Menurut budayawan Sunda Abidin Aslih, tokoh-tokoh seni rudat Cirebon justru adalah buronan yang melawan terhadap penjajah Belanda.

Kesenian Genjring Rudat ini biasa ditampilkan dalam acara hiburan di lingkungan pesantren. Para santri melakukan kesenian Genjring Rudat pada saat waktu senggang dengan menyanyikan syair-syair shalawat yang bertujuan untuk memuji kebesaran Allah Swt dan Salawat kepada Nabi Muhammad. Selain itu, kesenian Genjring Rudat dilakukan sambil menari dengan gerakan pencak silat. Pada awalnya tembang yang dimainkan adalah iringan salawat Nabi yang terdapat dalam kitab al-Barzanji.

Pada perkembangan berikutnya, kesenian Genjring Rudat biasa ditampilkan pada acara keagamaan, seperti Maulid Nabi Muhammad SAW, Rajaban, Hari Raya Idul Fitri dan hari-hari besar Islam lainnya. Seiring perkembangan zaman, kesenian Genjring Rudat beralih fungsi dari media pengembangan dan penyebaran agama Islam menjadi sarana hiburan. Setelah beralih fungsi menjadi sarana hiburan yang ditonton oleh masyarakat luas, kesenian Genjring Rudat biasa ditampilkan pada Peringatan Hari Besar Nasional, penyambutan tamu kehormatan, hajatan, khitanan, dan lain-lain.

Genjring Rudat memiliki nilai filosofis yang diambil dari aktifitas ibadah shalat. Pertama, mengambil nilai filosofis dari barisan shalat yang berjajar rapi. Para penari melakukan gerakan baris-berbaris secara tradisional. Selain itu, proses pertunjukan rudat ini lebih kepada pertunjukan bela diri yang diiringi tabuhan genjring dan shalawatan yang dilengkapi dengan puja dan puji kepada junjungan Nabi Muhammad Saw. Biasanya, apabila jumlah penari-nya semakin banyak, maka pertunjukan semakin bagus.

Atraksi dimulai ketika para penari sudah berjajar seperti barisan shalat, kemudian mereka menari silih berganti seperti gerakan ombak yang susul menyusul. Itulah yang disebut sebagai rudat.

Hanya saja, yang menjadi inti gerakan tarian adalah tarian silat atau pencak silat. Secara jumlah, tujuh penari merupakan angka minimal diadakan pertunjukan Genjring Rudat. Selebihnya bisa mencapat 40 pemain. Sedangkan alat musik inti yang dipakai adalah bedug dan Genjring (Rebanda). Jumlah Genjring bervariasi antara empat hingga sebelas pengiring musik genjring.

Dilihat dari gerakan tarinya, Genjring Rudat hampir mirip dengan Tarian Shaman di Aceh. Perbedaannya terletak dari gerakan pencak silatnya. Pencak silat Genjring Rudat Cirebon tergolong unik. Pencak silat Cirebon merupakan perpaduan antara Cimande, Bogor, Minangkabau, kemudian Dermayon atau Indramayu.

Cirebon memiliki watak khas yang lumayan unik dalam hal aliran silat. Karena tidak ada satu aliran silat yang menonjol. Jadi terbuka terhadap unsur-unsur dari luar. Bahkan kungfu-pun masuk dalam khasanah silat Cirebon. Misalnya ada jurus, kuntau. Kuntau berasal dari bahasa Cina yang masuk dalam peristilahansilat Cirebon. Selain di Cirebon, Kesenian genjring rudat berkembang di beberapa daerah di Kabupaten Kuningan, diantaranya Ciporang, Subang, Darma, Ancaran, Cilimus dan juga di Garut.

Alat musik yang digunkan dalam seni rudat adalah terbang (rebana) yang terdiri dari beberapa jenis alat musik, diantaranya:

1. Dua buah Gedong Bibit

2. Mampat

3. Telu

4. Kemcang

5. Kempul Kembar

6. Nganak

Kempul yaitu alat musik yang digunakan dalam seni rudat minimal berjumlah delapan buah, apabila jumlah alat musik yang di gunakan kurang dari delapan musiknya akan terdengar timpang. Jika alat musik yang digunakan lebih dari delapan musik akan tetap terdengar harmonis.

Pakaian yang digunakan dalam seni rudat terdiri dari pakaian penerbang (pemain musik perkusi), Penari pria, dan Penari wanita.Penari Pria akan mengenakan : Busana berwarna kuning dikombinasikan dengan hijau, ikat pinggang, dan ikat kepala kuning bermotif sunda/kopiah putih.Penari wanita akan mengenakan: Busana berwarna hijau muda dilengkapi ikat pinggang dan ikat kepala yang sama dengan penari pria.Penerbang akan mengenakan: Busana lengkap berwarna biru-kuning dengan ikat pinggang dan ikat kepala yang sama.

Beberapa gerakan yang digunakan dalam Seni Rudat meliputi gerakan tangan, kaki dan kepala yang, masing-masing gerakannya seperti berikut :

- Kaki : gerakan kaki terdiri atas kuda-kuda, adeg-adeg masekon rengkuh, deku, depok dan lain-lain.

- Tongan : gerakan tangan terdiri atas mengepal, tonjok, gibas, meupeuh, keprok, kepret. Kepala : gerakan kepala mengikuti arah tangan yang bergerak, yaitu ke depan, kesamping kid dan kanan serta ke belakang.

Nama pada gerakan-gerakan tersebut diambil dari nama gerakan pada pencak silat, yaitu:

1. Gerak nonjok, yaitu kaki kanan melangkah ke depan dengan posisi kuda-kuda, tangan kiri mengepal ditonjokkan lurus ke depan sementara tangan kanan di pinggang dengan jari tangan mengepal, kepala lurus ke depan.

2. Gerak pasang, yaitu kaki pasang ditempatkan dengan posisi kuda-kuda dan melangkah ke depan dengan posisi kuda-kuda pula. Tangan kanan menyikut ke depan dengan posisi tangan siku-siku. Jari tangan kiri ke depan dada dengan posisi tangan ditekuk. Pergelangan tangan dan jari tangan menghadap ke depan. Gerakan demikian sebagai persiapan berkelahi dengan lawan.

3. Gerak gibas, yaitu kaki kanan tegak lurus dengan berat badan pada kaki kanan. Kaki kanan agak rengkuh (rendah), kaki kiri diangkat membuat siku-siku. Tangan kanan ke bawah di atas kaki kiri. Tangan kiri menekuk dengan arah gerak ke kanan. Kepala diarahkan ke samping kanan dan langsung membalik ke kiri.

Namun, Genjring rudat kini mulai tidak diminati para kawula muda Cirebon karena perkembangan jaman yang semakin maju hingga terkikisnya cinta pada seni budaya sendiri.
Share:

Kamis, 19 Desember 2019

KESENIAN TARI ANGKLUNG BUNGKO




Angklung boleh jadi sudah menjadi alat musik tradisional yang dimiliki oleh Jawa Barat dan sudah ditetapkan menjadi warisan dunia. Namun di Cirebon, selain sebagai alat musik, ada juga Tarian Angklung Bungko. Tarian yang diiringi oleh angklung dan alat musik lainnya itu, hingga kini belum banyak referensi. 

Angklung Bungko adalah seni tari yang tumbuh besar di daerah Bungko, Cirebon Utara. Itulah mengapa pada penamaan tarian ini mengambil nama daerah tersebut. Awalnya ini adalah kesenian musik ritmis bermediakan kentongan atau kohkol yang terbuat dari potongan ruas bambu. 

Sebenarnya musik ini merupakan musik dan tarian perang (baca: tawuran) antarwarga desa pada masa awal Islam. Bungko merupakan sebuah desa yang terletak di pinggir pantai. Sebagian besar masyarakatnya bermata pencarian sebagai nelayan. Dari desa itulah "angklung bungko" lahir. Alat musik yang digunakan dalam kesenian ini adalah angklung.Bentuknya hampir sama dengan angklung Sunda masa kini. 

Pada perkembangan selanjutnya, seni ini menjadi sebuah tarian dengan diiringi alat musik gendang, angklung, tutukan, klenong, dan gong. Meskipun hingga saat ini belum diketahui siapa yang pertama kali menciptakannya, awal kelahirannya diperkirakan pada abad ke-17 yakni setelah wafatnya Sunan Gunung Jati. 

Dalam sejarahnya disebutkan bahwa kesenian ini tercipta sebagai wujud kegembiraan masyarakat Bungko ketika berhasil memenangkan peperangan melawan pasukan Pangeran Pekik (Ki Ageng Petakan). Karena itu gerakan-gerakan tari angklung bungko lebih merupakan dari penggambaran peperangan saat mereka mematahkan serangan Pangeran Pekik. Semua penarinya lelaki menggunakan ikat kepala batik, baju putih, keris, kain batik, serta sodér. Tariannya sangat halus dan statis memberikan kesan tenang tapi raut muka menunjukan ketegangan, sedang tabuhannya kadang bergemuruh. Semuanya memberi kesan orang yang bersiap berangkat ke medan perang. 

Kemenangan tersebut dimotori oleh Ki Ageng Bungko atau Ki Gede Bungko. Ia adalah Senopati Sarwajala (Panglima Angkatan Laut) di Kesultanan Cirebon yang memiliki pengetahuan dan taktik tempur yang tinggi serta keberanian yang luar biasa. 

Seperti telah umum diketahui bahwa perkembangan suatu kesenian tidaklah terlepas dari perubahan-perubahan yang terjadi pada kesenian tersebut. Hal ini juga berlaku pada musik ritmis yang tercipta ditengah-tengah masyarakat Bungko ini. 

Perubahan-perubahan tersebut berkenaan dengan pergantian beberapa alat musik yang menyertainya. Perkusi kentongan telah digantikan dengan angklung yang ditambahkan pula instrumen Reog atau Dogdog. Pertunjukkan Angklung Bungko pun berubah bentuk menjadi mirip dengan seni pertunjukkan reog di Priangan (Sunda). 

Tetapi tidak lama kemudian, Angklung Bungko pun mengalami perubahan kembali dengan membuang instrumen dogdog dan di ganti dengan kendang dan gong, kemudian memasukkan unsur tari. Dengan masuknya unsur tari, maka sejak saat itulah Angklung Bungko menjadi seni pertunjukkan musik dan tari. 

Gerakan tari ini sangatlah sesuai dengan sejarah penciptaannya. Lebih kentara dengan penggambaran peperangan saat masyarakat pemilik kesenian mematahkan serangan musuh yakni pasukan Pangeran Pekik. Tari ini bisa dikatakan sebagai tari perang dengan filosofi yang cukup dalam bagi masyarakat Bungko yang menggambarkan sebuah totalitas kehidupan komunal yang demokratis. 

Tari Angklung Bungko dapat kita lihat pada upacara adat Ngunjung, yaitu upacara untuk berkunjung atau khaul kepada makam leluhur. Ritual Ngunjung ada intinya adalah melakukan do’a bersama sebagai tanda bakti seorang anak kepada orang tua. 

Penataan rias dan busana untuk para pemain Angklung Bungko yang asli adalah; Para Penari dipakaikan Celana Sontog, Kain Batik, Baju Rompi. Sedangkan untuk aksesorisnya mereka mengenakan Kaca Mata Hitam serta Ikat Kepala. Adapun untuk pemain musik mereka menggunakan Celana Sontog, Kain Batik, Baju Komboran serta Ikat Kepala sebagai aksesorisnya. 

Ada empat tarian dalam angklung bungko, antara lain 1. Panji,menggambarkan sikap berzikir. 2. Benteleye, menggambarkan sikap bertindak dalam menghadapi rintangan di perjalanan. 3. Bebek ngoyor,menggambarkan jerih payah dalam upaya untuk mencapai tujuan. 4. Ayam alas, menggambarkan kelincahan dalam mencari sasaran pemilih. 

Atas gagasan Syeh Bentong atau Ki Gede Bungko, angklung bungko tetap dipertahankan dan dimanfaatkan untuk menyebarkan agama Islam. Ki Ageng Bungko (Ki Puyunan) sebagai anutan yang berjiwa egaliter dan banyak jasa semasa hidupnya, kini seolah-olah menjadi simbol kehebatan masyarakat bungko. Karena itu untuk mengenang jasa-jasa leluhurnya, mereka mengimplementasikannya dalam upacara ritual adat. 

Ada beberapa yang menarik dalam mengupas soal Angklung Bungko tersebut. Salah satunya terkait alat musik angklung yang dikenal oleh masyarakat luas sebagai alat musik tradisional khas Jawa Barat. Ternyata, Cirebon lebih dulu mengenal alat musik tersebut sekitar tahun 1500. Adalah Ki Gede Bungko yang mulai memperkenalkannya. Ki Gede Bungko sendiri merupakan salah satu senopati dari Majapahit yang mengasingkan diri. Dia berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Hingga akhirnya tiba di daerah pesisir yang kemudian dinamakan Desa Bungko. 

Ki Gede Bungko juga yang mencipatakan gerakan-gerakan tarian Angklung Bungko. Alat musik angklung sendiri, terpengaruh dari daerah Blambangan yang terlebih dulu mengenal alat musik dari bambu tersebut. Sementara di Jawa Barat, angklung mulai dikenal dan dikembangkan oleh Gaeng Sutigna pada tahun 1935. “Jadi, Cirebon ini sebenarnya sudah mengenal angklung lebih dulu dari pada Bandung,” ucapnya lagi. 

Mulai awal 1500 Masehi, Ki Gede Bungko disebut sudah menggunakan tarian Angklung Bungko untuk menyiarkan nilai-nilai Islam. Meskipun demikian, gerakan tarian Angklung Bungko melambangkan dan menceritakan peperangan. Angklung Bungko itu menjadi salah satu penabuh genderang perang dan pemacu semangat. Keterlibatan Ki Gede Bungko memang cukup intens dalam membantu peperangan melawan kolonial. 

Pada tahun 1525, pasukan angkatan laut Ki Gede Bungko terlibat dalam penyerangan terhadap Sunda Kelapa, yang tergabung dalam Kesultanan Demak dan Banten yang dipimpin oleh Fatahilah. Pada tahun 1528, dia juga terlibat dalam Perang Palagan di Gunung Kromong Palimanan antara pasukan Cirebon dan Galuh. Kemudian pada tahun 1529, juga terlibat dalam penaklukkan Talaga. Tahun 1567 terlibat dalam penumpasan Lawa Ijo bajak laut. 

Karena keberhasilannya saat perang Sunda Kelapa, Sunan Gunung Jati memberikan Ki Gede Bungko gelar dengan sebutan Syekh Benting. Gelar itu diberikan karena saat melakukan tapa Brata. Ki Gede Bungko selalu mengikat perut dengan benting atau sabuk supaya menahan lapar. “Ada fakta lainnya, bahwa Ki Gede Bungko ini ternyata juga anak menantu dari Syekh Lemahabang atau Syekh Siti Jenar,” sebutnya. 

Struktur tari Angklung Bungko sendiri biasanya para penari yang umumnya pria memakai pakaian terbuka telanjang dada dengan celana pendek. Hal ini menggambarkan seorang nelayan. Ada juga penggunaan iket jenis ayam anggrem atau mengeram. Hal ini memiliki makna segala kegiatan itu harus memiliki tujuan regenerasi. Juga penggunaan selendang yang melambangkan lam alif, yang bermakna; Allah itu awal dan akhir. Sementara untuk penggunaan kacamata hitam itu sebenarnya merupakan modifikasi. 
























































































Share:

Tari Piring, Tarian Tradisional Khas Minangkabau


Sejarah Kesenian Budaya Tari Piring Minangkabau Tarian Piring Tradisional Daerah Sumatera  Tempat Wisata Sejarah Kesenian Budaya Tari Piring Minangkabau Tarian Piring Tradisional Daerah Sumatera Barat



Tari piring salah satu jenis tari yang cukup terkenal dan tidak pernah ketinggalan dalam kegiatan-kegiatan resmi masyarakat Minangkabau adalah Tari Piring. Hampir dalam tiap-tiap acara tari piring selalu ditampilkan seperti pernikahan, penyambutan tamu agung, pagelaran seni dan upacara-upacara adat lainnya. Tari ini dibawakan para penari dengan gerak gemulai, tempo cepat serta tidak ketinggalan para penari akan selalu membawa piring di kedua tangannya. Tari piring tidak hanya dikenal di Sumatera Barat, tapi seluruh Indonesia bahkan dunia. 

Tari Piring berasal dari Solok, Provinsi Sumatera Barat. Secara historis, tari piring diperkirakan sudah ada sejak abad ke-12 ketika masyarakat Minangkabau masih menyembah dewa-dewa. Tari piring kala itu diperuntukkan sebagai tarian persembahan bagi dewa atas hasil panen yang berlimpah serta perlindungan dewa atas mereka dari marabahaya. Dengan menggunakan piring mereka membawa sesaji ke hadapan dewa sembari menari dan meliuk-liuk. Tari ini kemudian berkembang hingga zaman kerajaan seperti Sriwijaya dan Majapahit walau dengan orientasi yang berbeda. 

Setelah Islam masuk ke Sumatera Barat tari piring tidak langsung ditinggalkan, namun tujuannya mulai berubah. Jika sebelumnya diperuntukkan sebagai persembahan kepada dewa-dewa, selanjutnya hanya digunakan sebagai hiburan semata. Awalnya sebagai hiburan dalam acara-acara kerajaan, selanjutnya berkembang pada acara-acara pernikahan. Kini tari piring malah sering dipertontonkan dalam berbagai acara-acara hiburan semata. 

Pada umumnya tari piring dibawakan oleh sejumlah penari yang selalu ganjil dengan jumlah penari antara 3 – 7 orang. Bisa dibawakan oleh laki-laki maupun perempuan. 

Sebagaimana tujuan awalnya sebagai ungkapan syukur atas panen yang melimpah, gerakan tari piring dominan menggambarkan proses pertanian yang masyarakat lakukan ketika itu. Terdapat sekitar 20 gerakan mulai dari gerak pasambahan, gerak singajuo lalai, gerak mencangkul, gerak menyiang, gerak membuang sampah, gerak menyemai, gerak memagar, mencabut benih, bertanam, melepas lelah, mengantar juadah, menyabit padi, mengambil padi, manggampo padi, menganginkan padi, mengirik padi, menumbuk padi, gotong royong, menampih padi, menginjak pecahan kaca. 

Pada awalnya tari piring hanya diiringi lantunan alat musik tradisional berupa rebana dan gong saja. Selanjutnya diiringi dengan alunan musik talempong dan saluang. Dan kini semakin berkembang dengan menggunakan alat musik modern seperti keyboard. 

Hingga kini tari piring sudah menjadi satu identitas masyarakat Minangkabau khususnya yang berada di Sumatera Barat. 

Gerakan tari piring 

Ragam gerak tari piring ini dilaksanakan di atas tumpukan pecahan kaca, gerakan-gerakan tersebut iala sebagai berikut: 

1. Gerak Pasambahan 

Gerak yang dilakukan oleh penari pria ini memiliki makna untuk sembah syukur kepada Allah Subhanallah wa ta’ala dan juga permohonan maaf kepada para penonton yang menyaksikan tarian ini supaya terhindar dari kejadian-kejadian yang bisa merusak atau membuat tidak berjalan dengan baiknya pertunjukan tari piring ini. 

2. Gerak Singanjuo Lalai 

Gerak ini dilakukan oleh seorang penari wanita yang memiliki arti suasana di hari pagi, dimainkan denga gerakan-gerakan yang lembut lemah gemulai. 

3. Gerak Mencangkul 

Gerakan ini menggambarkan para bapak tani disaat sedang menggarap sawahnya. 

4.Gerak Menyiang 

Gerakan ini mengekspresikan kegiataan para bapak tani dikala membersihlkan sampah-sampah yang mengganggu tanah disaat mau digarap 

5.Gerak Membuang sampah 

Gerakan ini memperlihatkan bagaimana para petani saat menyemai benih-benih padinya yang akan ditanam 

6.Gerak memagar 

Gerakan ini melambangkan para petani saat membersihkan pagar untuk pematang sawah supaya bisa terhindar dari binatang liar yang akan meruksak apa yang ditanamnya . 

Fungsi Tarian Tradisional Tari Piring 

Tari piring sendiri tidak hanya dipentaskan pada saat upacara adat saja akan tetapi pertunjukan dari tari piring ini juga ada ketika upacara pernikahan, acara hidangan serta pengangkatan dari seorang penghulu. 

Bahkan tarian ini juga akan dipentaskan ketika terdapat anggota masyarakat yang memiliki hasil panen bumi dengan jumlah yang cukup melimpah. Bahkan di zaman dahulu tarian ini akan dapat dipentaskan untuk orang-orang yang mampu saja. 

Namun dikarenakan perkembangan zaman yang semakin pesat tarian tradisional tersebut hanya akan ditetaskan sebagai upacara adat saja. 

Dan pentas dari tari piring ungu akan dipertunjukkan di hari besar nasional seperti HUT Republik Indonesia. Ketika datang tamu agung, maka tari ini akan dipersembahkan menjadi penyambutan untuk para tamu. 

Keunikan Serta Keindahan Tarian Piring 

Walaupun kemajuan dari teknologi yang berkembang dengan cepat, namun tidak menyedihkan tarian tradisional tergerus oleh zaman. Bahkan sampai saat ini banyak sekali tarian tradisional seperti tarian yang dipentaskan di berbagai macam festival. 

Bahkan banyak orang yang berdecak kagum dikarenakan gerakan-gerakan yang unik pada tarian tradisional. Nah, berikut ini adalah keunikan serta keindahan dari tari piring: 

· Piring menjadi alat utama 

Memang betul jika tarian tradisional ini akan memakai peeling sebagai media utama pada saat menari. Piring merupakan alat yang menjadikan tarian tradisional ini cukup berbeda jika dibandingkan dengan tarian daerah lainnya. Tentu saja dengan penggunaan piring pada tarian tersebut memiliki makna bersejarah. 

· Mempunyai gerakan tarian yang cukup unik 

Piring yang akan digunakan akan diletakkan di atas kedua telapak tangan para penari dengan cara digenggam. 

Lalu para penari pun akan menggerakkan tangan dengan cara memutar serta diayunkan yang gerakannya mengikuti irama iringan musik. 

Inilah salah satu alasan mengapa banyak orang yang kagum dengan tari piring karena piring yang digunakan tidak pernah jatuh saat dimainkan. 

· Banyak alat musik yang mengiringi tari piring 

Memang betul jika tari piring ini akan diiringi oleh berbagai macam alat musik seperti halnya rebana, saluang, gong, talempong dan berbagai macam alat musik lainnya. 

Umumnya lagu takhian sai tiusuang dan juga lagu takhian pingping khua belas yang akan digunakan ketika pementasan tari piring. 

Bukan hanya memiliki gerakan yang cukup unik namun musik yang digunakan untuk mengiringi tarian memang terbilang cukup unik karena akan di padu padakan dengan berbagai macam alat. 

· Terdapat suara dentingan cincin 

Keunikan yang lainnya pada tari piring ini pada saat iringan musik ialah terdapat suara dentingan cincin. Tentu saja dengan adanya suara dentingan ini akan menambah kesan unik dan juga indah pada tari tradisional tersebut. Bahkan dendingan dari cincin tersebut mampu dengan mudah menyatu dengan suara alat musik yang mengiringi tari piring. 

· Para penari akan menari diatas pecahan piring 

Yang terakhir adalah keunikan yang tidak akan dapat Anda temui ketika melihat pertunjukan tari tradisional lainnya. Tari piring ini di saat akhir pertunjukan para penari akan melemparkan dirinya ke lantai kemudian para penari tersebut akan menari diatas pecahan piring yang telah mereka lempar. 

Busana Penari Tari Piring 

Sama halnya dengan tarian tradisional lainnya di mana tari piring ini juga memiliki busana khas pada saat pementasan. Busana yang digunakan ketika pertunjukan tarian tradisional tersebut terbagi menjadi dua jenis yang pertama adalah busana penari untuk pria dan juga busana penari untuk wanita. 

Meskipun terbagi menjadi 2 namun busana yang dikenakan tetap terlihat seragam dan kompak. Berikut ini ialah penjelasan dari busana tari piring: 

· Busana Tari Piring Untuk Penari Pria 

Untuk kostum yang dipakai oleh para penari pria mempunyai ciri yang cukup berbeda jika dibandingkan dengan busana penari wanita. Meskipun berbeda tetap saja pertanda tersebut merupakan busana asli dari provinsi Sumatera barat. 

Sehingga mereka pun akan terlihat memiliki penampilan yang kompak meskipun model dari kostum yang mereka kenakan berbeda. 

Untuk kostum bagi para penari pria memiliki nama busana Rang Mudo, dimana kosan tersebut mempunyai lengan yang panjang dan juga terdapat hiasan missia yang juga dapat disebut dengan hiasan renda emas. 

Untuk celana yang digunakan penari pria memiliki sebutan besaran gelombang. Di mana celana ini memiliki ukuran yang cukup besar di bagian tengah dan yang pasti mempunyai warna selaras dengan baju atasan. Para penari pria ini nantinya akan mengenakan sisampek dan juga cawek pinggang, bentuknya hampir sama seperti kain songket yang diikatkan pada bagian pinggang. 

Kain ini cukup panjang karena panjangnya mencapai lutut. Sisampek dan juga cewek pinggang memiliki hiasan pada bagian ujung berupa rumbai-rumbai. Ketika mementaskan tari piring penari pria harus mengenakan destar. Daster sendiri ialah penutup kepala yang terbuat dari kain songket yang memiliki bentuk segitiga. 


Share:

Melestarikan Kebudayaan Ditengah Perkembangan Zaman

     Negara indonesia adalah negara yang kaya akan kebudayaan dari mulai tarian , musik, adat, bahasa, dan lain sebagainya. Kita patut bangga, dengan ini kita bisa menarik peminat turis asing yang pergi ke indonesia. Bangsa kita juga memiliki kurang lebih 742 bahasa daerah, 33 pakaian adat dan ratusan tarian adat,. Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang harus kita syukuri dan lestarikan. Dengan keanekaragaman kebudayaannya, Indonesia dapat dikatakan mempunyai keunggulan dibandingkan negara lainnya. Indonesia mempunyai potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi.
   Seperti yang kita ketahui sekarang ini generasi muda yang biasa kita sebut dengan istilah “Kids Zaman Now” sedang menggandrungi segala hal yang berbau modern. Seperti teknologi, fashion, dan juga budayanya pun sudah mulai mengikuti budaya modern. Tidak dapat dipungkiri bahwa budaya modern tersebut telah menggerus sedikit demi sedikit budaya tradisional atau budaya asli Indonesia itu sendiri.
   Contohnya yaitu di Seni Budaya Tari Tradisional Indonesia, sekarang ini lebih banyak generasi muda yang memilih untuk menekuni Tari Modern seperti Kpop, Hiphop, R&B, dan lain sebagainya dibandingkan menekuni tari tradisional Indonesia yang sebenarnya banyak sekali mengandung nilai moral di sertiap gerakannya. Kondisi yang seperti itu yang membuat tari tradisional semakin tersingkir dari tempatnya.
   Padahal jika bukan para generasi muda yang ikut mengembangkan budaya tari tradisional kita, siapa lagi yang akan melestarikannya agar tetap eksis sampai zaman anak cucu kita nanti?
   Oleh sebab itu, banyak sekali upaya-upaya yang dilakukan dalam melestarikan tari tradisional Indonesia yang sedang digalakan Pemerintah Indonesia yang dalam hal ini dijalankan oleh Dinas Budaya dan pariwisata (DISBUDPAR), yaitu dengan menyarankan sekolah-sekolah untuk mengadakan ekstrakulikuler menari (Tari Tradisional), mengadakan lomba-lomba tari antar sekolah tingkat nasional, seperti FL2SN dan lomba Suku Dinas Pariwisata, dengan reward jika memenangkan kompetisi, anak tersebut akan lebih mudah masuk sekolah yang diinginkannya dengan jalur prestasi.
   Dan juga yang baru baru diadakan, yaitu pembinaan budaya tari tradisional betawi di seluruh RPTRA (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak) DKI Jakarta untuk warga sekitar RPTRA tersebut.
   Namun, selain upaya dari pemerintah tersebut, ada pula dari pihak swasta yang ikut serta dalam pelestarian seni budaya tari di Indonesia. Seperti seniman-seniman tari yang mendirikan sanggar sebagai wadah pelestarian seni tari tradisional untuk warga sekitar, dan juga perusahaan yang mengadakan event kompetisi tari sehingga membangkitkan minat generasi muda untuk mempelajari tari tradisional.
   Contoh konkretnya, event “Indonesia Menari” yang diadakan oleh Djarum Foundation dan Galeri Indonesia Kaya, dengan menggabungkan unsur modern dan tradisional mampu membangkitkan minat anak muda mempelajari tari tradisional Indonesia, dan juga event kompetisi tari tradisional lainnya.
   Dari upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dan swasta tersebut, sedikit demi sedikit membuahkan hasil yang manis, yaitu dengan banyaknya anak muda sekarang mulai menekuni seni tari tradisional. Bahkan, tidak sedikit juga diantara mereka yang mengikuti misi budaya dan juga kompetisi tari internasional, dan membawa penghargaan-penghargaan yang mengharumkan nama Indonesia di luar negeri.
   Walaupun belum banyak dipublish di media, seni tari Indonesia sudah memiliki prestasi-prestasi yang cukup membanggakan!
   Namun yang berkembang saat ini banyaknya mayoritas orang yang sudah mulai mengabaikan bahkan melupakan kebudayaan bangsa seperti halnya tarian tradisional. Tak sedikit anak muda yang malah lebih senang menarikan tarian modern dari pada tarian tradisional.Dari waktu kewaktu, tarian tradisional sudah mulai tertutupi oleh adanya tarian modern mekipun tidak semua, tarian tradisional kini sudah tidak dilirik lagi, bahkan Anak-anak hingga kaum muda kini sudah lebih mengenal tarian modern daripada tarian tradisional.
   Padahal jika kita cermati bersama, tari-tarian tradisional ini memiliki daya tarik bagi wisatawan manca negara. Bahkan tak sedikit negara lain yag ingin mengklaim tari-tarian yang lita miliki seperti contoh beberapa waktu lalu tari pendet yang berasal dari bali yang diklaim oleh negara Malaysia, itu semua menunjukan bahwa budaya tari yang kita miliki sangat mempunyai pengaruh besar.
   Kurangnya kesadaran masyarakat akan kecintaan kepada tari-tarian tradisional membuat perlahan demi perlahan eksistensinya berkurang atau bahkan punah tak dapat di nikmati lagi, apalagi yang berkembang akhir-akhir ini negara kita sedang mengalami arus globalisasi yang cukup kuat mempengaruhi seluruh generasi muda kita seperti munculnya tari-tarian modern seperti harlem shake, atau tarian K-Pop yang membuat mereka lebih tertarik untuk mempelajarinya. Bahkan tak sedikit orang yang beramai-ramai membuat video tentang tarian tersebut dan di unggah di yuotube atau jejaring sosial lainnya. Miris,memang ketika melihat pelajar atau bahkan mahasiswa yang melakukan tarian ini. Mereka adalah generasi penerus yang seharusnya bisa memfilter budaya yang masuk ke dalam budaya kita, bukan malah menikmati tarian tersebut bahkan hingga membuat video dan menguggahnya ke jejaring sosial dan mungkin mereka tidak tahu asal usul adanya tarian tersebut.
   Jika kita telaah dari segi sejarah, tentu tarian tersebut sangat tidak sesuai dengan falsafah negara kita yaitu pancasila dan moralitas bangsa kita. Jika dilihatdari segi agama pun tarian fenomenal ini tidak memiliki esensi apapun, bahkan hanya bersifat hura-hura dan parahnya lagi mengandung gerakan-gerakan yang mengandung unsur pornoaksi yang bisa menimbulkan syahwat yang seharusnya bisa lebih dicermati oleh seluruh lapisan generasi bangsa ini khususnya kaum muslim. Dengan adanya tarian modern sekarang ini, jika kita tidak bisa memfilternya terlebih dahulu, lama-lama tarian tradisional dan budaya bangsa kita akan semakin tertutupi bahkan bisa saja punah.
   Melihat fenomena ini kita memang tak lantas dapat menyalahkan masyarakat yang lebih memilih menarikan tarian modern itu dibanding tari tradisional yang kita miliki. Perlunya ada penanaman dini tentang kecintaan terhadap budaya Indonesia khususnya seni bertari seperti mengenalkan seluruh tari-tarian tradisional agar setelah mereka mengenal lalu mereka tertarik untuk mempelajari selanjutnya. Atau kalau perlu diadakan ekstrakulikuler disetiap sekolah tentang tarian tradisioanal. Karena kalau bukan kita siapa lagi yang akan melestarikan kebudayaan kita yang melimpah ruah ini.
   Sudah saatnya kita sebagai masyarakat Indonesia khususnya pelajar dan mahasiswa, harus bisa memilah apa yang masuk dari luar artinya kita harus bisa memilih dan menyaring mana yang lebih baik dan positif untuk kita ikuti. Bukan sekedar ingin mengikuti tren yang sudah ada tanpa memfilter terlebih dahulu. Sudah saatnya kita kembangkan dan lestarikan kembali tarian tradisional yang sudah mulai tertutupi oleh tarian modern, karena bagaimanapun itu adalah hasil cipta karya bangsa kita.
   Marilah generasi muda, kita mulai tanamkan rasa cinta akan budaya kita sendiri! Jangan sampai tari tradisional kita diakui oleh negara lain untuk kesekian kalinya. Ayo, lestarikan tari tradisional indonesia sekarang juga!
   Padahal jika bukan para generasi muda yang ikut mengembangkan budaya tari tradisional kita, siapa lagi yang akan melestarikannya agar tetap eksis sampai zaman anak cucu kita nanti?
   Oleh sebab itu, banyak sekali upaya-upaya yang dilakukan dalam melestarikan tari tradisional Indonesia yang sedang digalakan Pemerintah Indonesia yang dalam hal ini dijalankan oleh Dinas Budaya dan pariwisata (DISBUDPAR), yaitu dengan menyarankan sekolah-sekolah untuk mengadakan ekstrakulikuler menari (Tari Tradisional), mengadakan lomba-lomba tari antar sekolah tingkat nasional, seperti FL2SN dan lomba Suku Dinas Pariwisata, dengan reward jika memenangkan kompetisi, anak tersebut akan lebih mudah masuk sekolah yang diinginkannya dengan jalur prestasi.
   Dan juga yang baru baru diadakan, yaitu pembinaan budaya tari tradisional betawi di seluruh RPTRA (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak) DKI Jakarta untuk warga sekitar RPTRA tersebut.
   Namun, selain upaya dari pemerintah tersebut, ada pula dari pihak swasta yang ikut serta dalam pelestarian seni budaya tari di Indonesia. Seperti seniman-seniman tari yang mendirikan sanggar sebagai wadah pelestarian seni tari tradisional untuk warga sekitar, dan juga perusahaan yang mengadakan event kompetisi tari sehingga membangkitkan minat generasi muda untuk mempelajari tari tradisional.
   Contoh konkretnya, event “Indonesia Menari” yang diadakan oleh Djarum Foundation dan Galeri Indonesia Kaya, dengan menggabungkan unsur modern dan tradisional mampu membangkitkan minat anak muda mempelajari tari tradisional Indonesia, dan juga event kompetisi tari tradisional lainnya.
   Dari upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dan swasta tersebut, sedikit demi sedikit membuahkan hasil yang manis, yaitu dengan banyaknya anak muda sekarang mulai menekuni seni tari tradisional. Bahkan, tidak sedikit juga diantara mereka yang mengikuti misi budaya dan juga kompetisi tari internasional, dan membawa penghargaan-penghargaan yang mengharumkan nama Indonesia di luar negeri.
   Walaupun belum banyak dipublish di media, seni tari Indonesia sudah memiliki prestasi-prestasi yang cukup membanggakan!
   Namun yang berkembang saat ini banyaknya mayoritas orang yang sudah mulai mengabaikan bahkan melupakan kebudayaan bangsa seperti halnya tarian tradisional. Tak sedikit anak muda yang malah lebih senang menarikan tarian modern dari pada tarian tradisional.Dari waktu kewaktu, tarian tradisional sudah mulai tertutupi oleh adanya tarian modern mekipun tidak semua, tarian tradisional kini sudah tidak dilirik lagi, bahkan Anak-anak hingga kaum muda kini sudah lebih mengenal tarian modern daripada tarian tradisional.
   Padahal jika kita cermati bersama, tari-tarian tradisional ini memiliki daya tarik bagi wisatawan manca negara. Bahkan tak sedikit negara lain yag ingin mengklaim tari-tarian yang lita miliki seperti contoh beberapa waktu lalu tari pendet yang berasal dari bali yang diklaim oleh negara Malaysia, itu semua menunjukan bahwa budaya tari yang kita miliki sangat mempunyai pengaruh besar.
   Kurangnya kesadaran masyarakat akan kecintaan kepada tari-tarian tradisional membuat perlahan demi perlahan eksistensinya berkurang atau bahkan punah tak dapat di nikmati lagi, apalagi yang berkembang akhir-akhir ini negara kita sedang mengalami arus globalisasi yang cukup kuat mempengaruhi seluruh generasi muda kita seperti munculnya tari-tarian modern seperti harlem shake, atau tarian K-Pop yang membuat mereka lebih tertarik untuk mempelajarinya. Bahkan tak sedikit orang yang beramai-ramai membuat video tentang tarian tersebut dan di unggah di yuotube atau jejaring sosial lainnya. Miris,memang ketika melihat pelajar atau bahkan mahasiswa yang melakukan tarian ini. Mereka adalah generasi penerus yang seharusnya bisa memfilter budaya yang masuk ke dalam budaya kita, bukan malah menikmati tarian tersebut bahkan hingga membuat video dan menguggahnya ke jejaring sosial dan mungkin mereka tidak tahu asal usul adanya tarian tersebut.
   Jika kita telaah dari segi sejarah, tentu tarian tersebut sangat tidak sesuai dengan falsafah negara kita yaitu pancasila dan moralitas bangsa kita. Jika dilihatdari segi agama pun tarian fenomenal ini tidak memiliki esensi apapun, bahkan hanya bersifat hura-hura dan parahnya lagi mengandung gerakan-gerakan yang mengandung unsur pornoaksi yang bisa menimbulkan syahwat yang seharusnya bisa lebih dicermati oleh seluruh lapisan generasi bangsa ini khususnya kaum muslim. Dengan adanya tarian modern sekarang ini, jika kita tidak bisa memfilternya terlebih dahulu, lama-lama tarian tradisional dan budaya bangsa kita akan semakin tertutupi bahkan bisa saja punah.
   Melihat fenomena ini kita memang tak lantas dapat menyalahkan masyarakat yang lebih memilih menarikan tarian modern itu dibanding tari tradisional yang kita miliki. Perlunya ada penanaman dini tentang kecintaan terhadap budaya Indonesia khususnya seni bertari seperti mengenalkan seluruh tari-tarian tradisional agar setelah mereka mengenal lalu mereka tertarik untuk mempelajari selanjutnya. Atau kalau perlu diadakan ekstrakulikuler disetiap sekolah tentang tarian tradisioanal. Karena kalau bukan kita siapa lagi yang akan melestarikan kebudayaan kita yang melimpah ruah ini.
   Sudah saatnya kita sebagai masyarakat Indonesia khususnya pelajar dan mahasiswa, harus bisa memilah apa yang masuk dari luar artinya kita harus bisa memilih dan menyaring mana yang lebih baik dan positif untuk kita ikuti. Bukan sekedar ingin mengikuti tren yang sudah ada tanpa memfilter terlebih dahulu. Sudah saatnya kita kembangkan dan lestarikan kembali tarian tradisional yang sudah mulai tertutupi oleh tarian modern, karena bagaimanapun itu adalah hasil cipta karya bangsa kita.
   Marilah generasi muda, kita mulai tanamkan rasa cinta akan budaya kita sendiri! Jangan sampai tari tradisional kita diakui oleh negara lain untuk kesekian kalinya. Ayo, lestarikan tari tradisional indonesia sekarang juga!
Share:

Manfaat Mempelajari Kesenian Budaya

   Mengenal perilaku lebih dalam dirinya sendiri maupun orang lain yang sebelumnya lebih dikenal luarnya saja. Dengan memahami karakter seseorang lebih dalam akan membuat seseorang menjadi tahu sifat yang ada di dalamnya itu, dan bukan luarnya saja. Karena memahami karakter seseorang itu jangan hanya dari luar saja, akan tetapi dari dalam juga. Sehingga dalam bergaulpun akan luwes.
   Sebagai bekal penting untuk pergaulan hidup. Manusia merupakan makhluk individu, yang berarti manusia tidak bisa hidup sendiri dan selalu membutuhkan bantuan orang lain.
   Perlu bersikap luwes dalam pergaulan setelah mendalami jiwa dan perasaan manusia serta mau tahu perilaku manusia. Dalam bergaul haruslah menjaga sikap dan sifat kita agar terjalinnya hubungan yang harmonis.
Ciri Ciri Budaya Antara Lain:
  • Budaya bersifat selektif, merepresentasikan pola-pola perilaku pengalaman manusia yang jumlahnya terbatas.
  • Budaya dapat disampaikan dari orang ke orang, dari kelompok ke kelompok dan dari generasi ke generasi.
  • Etnosentrik (menganggap budaya sendiri sebagai yang terbaik atau standar untuk menilai budaya lain).
  • Budaya bersifat dinamis, suatu sistem yang tersu berubah sepanjang waktu.
  • Berbagai unsur budaya saling berkaitan.
  • Budaya bukan bawaan, tetapi dipelajari.
  • Budaya berdasarkan simbol.
Komponen Kebudayaan
   Berdasarkan wujudnya tersebut, Budaya memiliki beberapa elemen atau komponen, menurut ahli antropologi Cateora, yaitu :
  • Kebudayaan material
   Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
  • Kebudayaan nonmaterial
   Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
  • Lembaga sosial
   Lembaga sosial dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam kontek berhubungan dan berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem sosial yang terbantuk dalam suatu Negara akan menjadi dasar dan konsep yang berlaku pada tatanan sosial masyarakat. Contoh Di Indonesia pada kota dan desa dibeberapa wilayah, wanita tidak perlu sekolah yang tinggi apalagi bekerja pada satu instansi atau perusahaan. Tetapi di kota – kota besar hal tersebut terbalik, wajar seorang wanita memilik karier
  • Sistem kepercayaan
   Bagaimana masyarakat mengembangkan dan membangun system kepercayaan atau keyakinan terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi system penilaian yang ada dalam masyarakat. Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana memandang hidup dan kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai dengan cara bagaimana berkomunikasi.
  • Estetika
   Berhubungan dengan seni dan kesenian, music, cerita, dongeng, hikayat, drama dan tari –tarian, yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat. Seperti di Indonesia setiap masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri. Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala peran, agar pesan yang akan kita sampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif.
   Misalkan di beberapa wilayah dan bersifat kedaerah, setiap akan membangu bagunan jenis apa saj harus meletakan janur kuning dan buah – buahan, sebagai symbol yang arti disetiap derah berbeda. Tetapi di kota besar seperti Jakarta jarang mungkin tidak terlihat masyarakatnya menggunakan cara tersebut.
  • Bahasa
   Bahasa merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap walayah, bagian dan Negara memiliki perbedaan yang sangat komplek. Dalam ilmu komunikasi bahasa merupakan komponen komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki sidat unik dan komplek, yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebu. Jadi keunikan dan kekomplekan bahasa ini harus dipelajari dan dipahami agar komunikasi lebih baik dan efektif dengan memperoleh nilai empati dan simpati dari orang lain.
Contoh Kebudayaan
  • Bahasa
   Banyak sekali bahasa yang ada di Indonesia, salah satunya adalah Bahasa Sunda. Bahasa Sunda adalah sebuah bahasa dari cabang Melayu-Polinesia dalam rumpun bahasa Austronesia. Bahasa ini dituturkan oleh setidaknya 38 juta orang dan merupakan bahasa Ibu dengan penutur terbanyak kedua di Indonesia setelah Bahasa Jawa.
   Bahasa Sunda dituturkan di hampir seluruh provinsi Jawa Barat dan Banten, melebar hingga wilayah barat Jawa Tengah mulai dari Kali Brebes (Sungai Cipamali) di wilayah Kabupaten Brebes dan Kali Serayu (Sungai Ciserayu) di Kabupaten Cilacap, di sebagian kawasan Jakarta, serta di seluruh provinsi di Indonesia dan luar negeri yang menjadi daerah urbanisasi Suku Sunda.
  • Budaya
   Di Indonesia terdapat banyak sekali budaya yang tersebar. Salah satunya adalah budaya Sunda. Budaya Sunda merupaka suku yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. Suku sunda adalah salah satu suku yang memiliki berbagai kebudayaan daerah, diantaranya pakaian tradisional, kesenian tradisional, bahasa daerah, dan lain sebagainya.
Kesenian Khas Jawa Barat
  • Wayang Golek
   Wayang Golek merupakan kesenian tradisional dari Jawa Barat yaitu kesenian yang menapilkan dan membawakan alur sebuah cerita yang bersejarah. Wayang Golek ini menampilkan golek yaitu semacam boneka yang terbuat dari kayu yang memerankan tokoh tertentu dalam cerita pawayangan serta dimainkan oleh seorang Dalang dan diiringi oleh nyanyian serta iringan musik tradisional Jawa Barat yang disebut dengan degung.
  • Jaipong
   Jaipong merupakan tarian tradisional dari Jawa Barat, yang biasanya menampilkan penari dengan menggunakan pakaian khas Jawa Barat yang disebut kebaya, serta diiringi musik tradisional Jawa Bart yang disebut Musik Jaipong. Jaipong ini biasanya dimainkan oleh satu orang atau sekelompok penari yang menarikan berakan – gerakan khas tari jaipong.
  • Degung
   Degung merupakan sebuah kesenian sunda yang biasany dimainkan pada acara hajatan. Kesenian degung ini digunakan sebagai musik pengiring/pengantar.
   Degung ini merupakan gabungan dari peralatan musik khas Jawa Barat yaitu, gendang, goong, kempul, saron, bonang, kacapi, suling, rebab, dan sebagainya.
   Degung merupakan salah-satu kesenian yang paling populer di Jawa Barat, karena iringan musik degung ini selalu digunakan dalam setiap acara hajatan yang masih menganut adat tradisional, selain itu musik degung juga digunakan sebgai musik pengiring hampir pada setiap pertunjukan seni tradisional Jawa Barat lainnya.
Peran Kebudayaan
   Peranan merupakan aspek dinamis dari kedudukan, yaitu seorang yang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya. Artinya, apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia telah menjalankan suatu peranan. Suatu peranan paling tidak mencakup tiga hal berikut :
  • Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat
  • Peranan merupakan suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi
  • Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial.
Karakteristik Kebudayaan
   Secara umum kebudayaan memiliki beberapa karakteristik umum, karakteristik umum tersebut yaitu :
  • Kebudayaan adalah milik bersama. Unsur kebudayaan/ide, nilai, pola merupakan sesuatu yang dijalankan bersama-sama oleh anggota masyarakat. Contohnya : gotong royong, musyawarah mufakat.
  • Kebudayaan merupakan hasil belajar . Secara unsur hasil kebudayaan merupakan hasil dari belajar dan bukan warisan biologis (dibawa sejak lahir).
  • Kebudayaan didasari pada lambang. Penggunaan lambing-lambang tertentu biasanya dilakukan ooleh manusia, kekuasaan dan ketaatan individu dibangkitkan juga oleh lambing tertentu.
Konsep Kebudayaan
   Berlawanan dengan ahli teori adaptasi tentang budaya, yang beranekaragam adalah sejumlah ahli teori yang melihat budaya sebagai sistem ideasional. Teori ini adalah teori yang dipegang oleh Keesing dalam setiap materinya ia menyebutkan tentang Ideasional yaitu budaya berperan sebagai sistem ide (gagasan), dan teori ini bertolak dengan ahli teori adaptasi tentang budaya. Ia membedakan tiga cara yang khas dalam mendekati budaya sebagai sistem ide (gagasan), yaitu sebagai berikut :
  • Budaya Sebagai Sistem Kognitif
   Maksudnya ialah budaya itu sebagai pengetahuan (cognitif). Jadi budaya bukan sekedar untuk hiasan saja dalam kehidupan seseorang, tetapi dengan mempelajari budaya, kita juga turut mempelajari suatu pengetahuan. Oleh karena itu Keesing mengatakan bahwa budaya tidak didukung oleh ilmu pengetahuan yang arif bijaksana sebab dengan kebudayaan itulah kita mempelajari suatu ilmu pengetahuan yang arif bijaksana itu. Kebudayaan terdiri atas segala sesuatu yang hrus diketahui atau dipercayai seseorang agar dia dapat berperilaku dalam cara yang dapat diterima oleh anggota-anggota masyarakat. Menurut Good enough Budaya adalah bentuk ha-hal yang ada dalam pikiran(mind) manusia,model-model yang dipunyai manusia unutk menerima ,menghubungkan, dan kemudian menafsirkan suatu fenomena.
   Dengan konsep yang seperti ini, bahasa adalah satu subsistem dari budaya, dan peneliti antropologi kognitif berharap bahwa metode-metode dan model-model linguistik juga memadai untuk digunakan oleh bidang budaya yang lain. Budaya secara epistemologi berada dalam ranah yang sama dengan bahasa. Metode-metode dan model-model linguistik yang relevan digunakan.
  • Budaya Sebagai Sistem Struktural
   Yang mempengaruhi susunan atau tatanan yang terpola secara kultural ialah pikiran (mind). Struktur pemikiran – pemikiran yang meliputi tentang bahasa, adat istiadat yang berbeda antara masyarakat itu dipandang sebagai “Budaya”, yaitu bersifat universal yang semua masyarakat di dunia ini mempunyai kebudayaan tersebut, dari pada “sistem budaya” yang bersifat lokal.
   Oleh karena itu setiap budaya pada masing – masing masyarakat berbeda di seluruh dunia karena pikiran mereka yang menyebabkan kebudayaan itu berbeda satu sama lain. Menurut Levi-Strauss memandang budaya sebagai sistem simbolik yang dimiliki bersama dan merupakan ciptaan pikiran secara kumulatif.
  • Budaya Sebagai Sistem Simbolik
   Kebudayaan adalah dengan cara memandang kebudayaan – kebudayaan sebagai sistem makna dan simbol yang dimiliki bersama. Kebudayaan itu tidak dimiliki individu namun dimiliki bersama oleh suatu masyarakat. Clifford Geertz menganggap pandangannya tentang budaya adalah semiotik. Mempelajari budaya adalah berarti mempelajari aturan-aturan makna yang dimiliki bersama. Kebudayaan sebagai sistem simbol yang bermakna. Makna tidak terlihat di “dalam kepala orang”. Budaya menurut Schneider adalah satu sistem simbol dan makna dimiliki bersama oleh anggota masyarakat ,terletak dalam relasi diantara.
Share:

TWITTER

FACEBOOK

INSTAGRAM

YOUTUBE

Tari Topeng Malangan

Negara kita Indonesia tercinta ini merupakan salah satu negara yang terdiri atas beragam suku dan budaya dari Sabang samapi Merauke. Oleh k...

Arsip Blog

Jumlah Pengunjung